Pagi ini Prasetyo libur, ia merenung bagaimana mungkin kami bisa merayakan tahun baru, sesuai dengan permintaan anak-anaknya. Prasetyo hanya bisa berjanji " sabar ya..nak..! kalau Bapak punya uang dan Bapak bisa punya uang kalau pinjaman koperasi Bapak dikabulkan...", pergilah anak-anak Prasetyo ke dalam kamar.
Prasetyo bangga, senang, bercampur sedih melihat anak-anaknya yang begitu patuh pada orangtua, tidak seperti anak-anak yang lain, minta sesuatu tidak dapat menangis, boikot bicara, boikot makan, nampak Prasetyo menarik nafas panjang, berpikir apa saja yang akan dilakukan dalam liburan panjang ini bersama keluarga.
Prasetyo kembali memandang meja tua, warna coklat kehitaman miliknya, meja kerjanya, yang hampir menemani Prasetyo lebih dari 25 tahun, meja tua warisan keluarga, tidak bagus memang, namun mempunyai nilai sejarah yang tinggi, di meja itulah Prasetyo mengingat dengan baik nasehat almarhum ayahnya; " bahwa yang terpenting dalam mengarungi kehidupan adalah jujur, orang jujur akan mendapat segalanya"
"Hemmnnggghhh...," Prasetyo menarik nafas panjang, secara tak sadar mata Prasetyo tertuju pada amplop coklat yang dia temukan beberapa hari lalu, dia membuka kembali dan membacanya berulang-ulang, dibaca kembali perusahaan yang melakukan kontrak, "waduh..., nampaknya ada yang janggal nich.."
Ditelponnya beberapa perusahaan/rekanan dari dalam amplop coklat itu..., astagfirullah..., ternyata sudah tutup, makin penasaran Prasetyo ditelpon lagi perusahaan yang satu...waduh ternyata istri Direkturnya, menjadi direktris di perusahaan rekanan ;"Jelas ini melanggar hukum.., jeruk makan jeruk" sentak Prasetyo, makin penasaran Prasetyo menelusuri berkas dan menelpon perusahaan-demi perusahaan yang tercatat dalam kontrak, malah ada yang menjawab begini :" Maaf pak.., saya tidak tahu jenis barang yang bapak sebut, perusahaan kami tidak menangani masalah itu...!" waduh..., makin jelaslah banyak sekali korupsi yang telah dilakukan oleh direkturnya dan guru-guru muda kelompoknya.
Ya..Allah bagaimana mereka bisa begitu, padahal mereka sudah haji..., mereka sudah berkecukupan, tidak seperti hamba, mereka berpendidikan tinggi, bicaranya baik, apakah amplop yang ditemukan ini merupakan amplop yang bertujuan memfitnah mereka..?
Akhirnya Prasetyo tertidur di meja tuanya yang coklat kehitaman itu, dalam tidurnya dia 'bermimpi melihat tupai jatuh' Astagfirrullah....ampuni hamba ya Allah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H