Lihat ke Halaman Asli

Tria Yuniarti

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Feminisme: Keseimbangan dalam Perubahan

Diperbarui: 12 Desember 2023   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Feminisme, dalam pandangan saya, adalah lebih dari sekadar perjuangan perempuan. Ia adalah pergerakan sosial yang mengubah paradigma tentang peran gender, memberdayakan semua generasi, tanpa terkecuali. Pandangan ini tidak hanya muncul dari pengalaman perempuan, tetapi juga dari perspektif seluruh masyarakat. Saya percaya bahwa ketika kita berbicara tentang feminisme, kita membicarakan tentang keseimbangan, keadilan, dan pemberdayaan bagi semua. Dalam perjalanan saya memahami feminisme, kelas teori komunikasi dan postmodernisme Dr. Geofakta Razali menjadi landasan yang mengubah pandangan saya. Dr. Razali membuka mata saya terhadap kompleksitas permasalahan gender dan membimbing saya melihat feminisme sebagai alat untuk meruntuhkan batasan yang diberlakukan oleh norma-norma sosial. Dalam kelas tersebut, kami menggali kritis teori-teori komunikasi dan postmodernisme yang mengungkap bagaimana kekuasaan dan identitas berkaitan dengan konstruksi sosial.

Feminisme bukanlah semata-mata mengenai perempuan melawan patriarki, tetapi juga tentang menghilangkan stereotip gender yang merugikan baik perempuan maupun laki-laki. Dr. Razali menekankan pentingnya memahami bahwa ketidaksetaraan gender adalah hasil dari konstruksi sosial yang dapat diubah dan bukan takdir yang tak terhindarkan. Konsep ini memainkan peran sentral dalam pemahaman saya tentang feminisme. Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa pemberdayaan perempuan tidak bisa terwujud tanpa melibatkan semua generasi dan gender. Sebuah masyarakat yang adil dan setara adalah hasil kerjasama antara perempuan dan laki-laki. Feminisme bukanlah perang, melainkan panggilan untuk membangun jembatan antara segala perbedaan. Dalam kelas tersebut, kami belajar bahwa komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mencapai pemahaman bersama dan menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Pengalaman pribadi saya selama belajar di kelas teori komunikasi dan postmodernisme juga mempertajam pemahaman saya tentang pentingnya mendengarkan dan memahami pengalaman orang lain. Ketika kita membuka diri untuk mendengar, kita dapat melihat bagaimana konsep feminisme dapat memengaruhi setiap individu, tidak peduli jenis kelaminnya. Ini adalah keterampilan komunikasi yang esensial untuk membangun koneksi dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan menuju kesetaraan. Mealui kelas ini, saya menemukan bahwa feminisme membawa perubahan yang positif bagi seluruh masyarakat. Ini adalah gerakan inklusif yang melibatkan semua orang tanpa memandang jenis kelamin, melibatkan semua generasi untuk merangkul perubahan positif. Keseimbangan gender dan pemberdayaan bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi tugas bersama bagi semua untuk menciptakan dunia yang adil dan setara. Saat ini, pandangan saya tentang feminisme tidak hanya berkutat pada perjuangan perempuan, tetapi pada bagaimana kita semua dapat bersama-sama menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil. Feminisme, seperti yang saya pahami melalui kelas teori komunikasi dan postmodernisme, adalah landasan untuk perubahan positif yang melibatkan semua generasi dalam menghapuskan batasan dan menciptakan keseimbangan yang diperlukan dalam masyarakat kita.

Tria Yuniarti Kusuma Bhakti, Ilmu Komunikasi (Universitas Pembangunan Jaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline