Lihat ke Halaman Asli

Tri Atmoko

Peneliti Satwa Liar

Fenomena Monyet Liar di Jalur Menuju Ibu Kota Nusantara: Pesona atau Ancaman?

Diperbarui: 29 Oktober 2024   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto kelompok monyet beruk di jalan menuju Ibu Kota Nusantara (Foto: Dea Aulia Frazha, 2023)

Sejak mulai membaiknya jalan utama menuju Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara melalui Samboja, pengguna jalan kerap menemui pemandangan yang cukup unik sekaligus memprihatinkan: kawanan monyet liar yang bergerombol di tepi jalan, menanti pengendara yang melintas. Puluhan monyet ini, terutama dari jenis beruk (Macaca nemestrina) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), semakin sering terlihat, bahkan terkadang mendekati kendaraan untuk meminta makanan. Fenomena ini bukan sekadar hiburan bagi pelintas, tetapi juga membawa sejumlah tantangan serius terkait kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan satwa liar. Beberapa kali monyet terlihat tertabrak kendaraan yang sedang melintas.

Spesies monyet yang paling dominan terlihat adalah beruk, yang memiliki ukuran lebih besar dibandingkan monyet ekor panjang. Selain postur tubuh yang kokoh, beruk memiliki sifat sosial yang membuat mereka berani mendekati manusia. Sementara itu, monyet ekor panjang yang lebih lincah juga kerap dalam kelompok beraktivitas di pepohonan tepi jalan. Seringkali monyet ekor Panjang kalah saing dengan beruk yang lebih kuat dan agresif.

Berdasarkan pengamatan penulis, jumlah monyet yang muncul bisa mencapai puluhan ekor dalam satu waktu, dan mereka sering mendekati kendaraan untuk mendapatkan makanan. Mereka awalnya hidup dan mencari makan di dalam hutan Samboja. Namun, semakin banyaknya pengguna jalan yang melintas dan mereka sering membuah sampah dan sisa makanan di tepi jalan menyebabkan daya Tarik bagi monyet untuk memungut sisa makanan dan memakannya. Keberadaan mereka yang terus meningkat di jalur utama ini menimbulkan kekhawatiran serius.

Menyadari dampak perilaku memberi makan satwa liar, BPSI LHK Samboja dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai pengelola Kawasan hutan Samboja bersama Yayasan Jejak Pulang, telah memasang papan peringatan yang mengimbau agar pengendara tidak memberi makanan kepada monyet. Berikut ini beberapa alasan mengapa interaksi semacam ini sebaiknya dihindari:

  1. Ketergantungan Satwa Terhadap Manusia
    Memberi makan monyet liar secara rutin menyebabkan perubahan perilaku mereka. Satwa yang terbiasa diberi makanan akan cenderung meninggalkan naluri mencari pakan alaminya di hutan. Mereka berpotensi menjadi lebih agresif dalam mendekati manusia ketika lapar dan menuntut makanan dengan cara yang lebih mendesak, bahkan menyerang kendaraan atau pejalan kaki yang tidak memberikan apa yang mereka harapkan.
  2. Penyebaran Penyakit dan Risiko Zoonosis
    Interaksi dekat antara manusia dan monyet dapat menjadi jalur penyebaran penyakit zoonosis. Patogen berbahaya seperti herpes B atau bahkan virus-virus lain yang berasal dari hewan dapat berpindah ke manusia dan sebaliknya. Peningkatan kontak langsung berisiko tinggi bagi kesehatan baik manusia maupun monyet itu sendiri.
  3. Keselamatan Pengguna Jalan
    Perilaku monyet yang sering mendekati jalan menimbulkan risiko kecelakaan, terutama jika mereka tiba-tiba melintas atau mencoba mendekati kendaraan yang sedang bergerak. Situasi ini tidak hanya berbahaya bagi pengendara tetapi juga bagi monyet yang bisa terluka atau tertabrak.
  4. Dampak Ekosistem
    Kehadiran monyet di tepi jalan juga memengaruhi pola perilaku ekosistem secara keseluruhan. Monyet yang terlalu lama berada di luar hutan cenderung mengganggu keseimbangan rantai makanan di habitat aslinya, yang berdampak pada populasi hewan lain yang mereka tinggalkan.

Monyet ekor panjang yang tertabrak kendaraan di jalan menuju IKN (Photo: Tri Atmoko)

BPSI LHK Samboja bersama mitra telah berupaya memasang rambu peringatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar serta pengguna jalan. Papan informasi di beberapa titik jalur menuju IKN menyatakan dengan tegas agar pengendara tidak memberi makanan kepada satwa liar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi frekuensi munculnya monyet di tepi jalan dan menjaga perilaku alami mereka.

Edukasi terkait keberadaan monyet liar ini menjadi bagian penting dari upaya konservasi, terutama dalam membantu masyarakat memahami bahwa memberi makan satwa liar bukanlah tindakan yang bijak atau bermanfaat. Dengan mematuhi aturan untuk tidak memberi makan, masyarakat turut serta dalam menjaga keseimbangan alam dan mencegah potensi konflik yang dapat merugikan manusia maupun satwa.

Selain pemasangan papan peringatan, langkah jangka panjang lain yang dapat dilakukan adalah:

  • Peningkatan Kondisi Hutan
    Memastikan kawasan hutan di sekitar IKN tetap terjaga kelestariannya, sehingga monyet memiliki pasokan makanan alami yang cukup dan tidak tergantung pada manusia.
  • Monitoring Populasi Satwa
    Pemerintah dan mitra konservasi dapat memantau populasi monyet dan perilaku mereka di sekitar jalur utama menuju IKN. Hal ini memungkinkan pengelolaan konflik manusia-satwa yang lebih proaktif, serta mencegah potensi serangan atau konflik di masa depan.
  • Kampanye Anti-Interaksi Langsung
    Kampanye yang menjelaskan bahaya interaksi langsung dengan satwa liar dapat membantu mengurangi kejadian memberi makan secara langsung. Program seperti ini juga dapat dilengkapi dengan patroli reguler untuk memastikan bahwa papan peringatan diikuti oleh semua pihak.

Keberadaan monyet di jalur utama menuju IKN adalah bagian dari kekayaan alam yang harus dihargai dan dijaga. Namun, interaksi yang berlebihan, terutama dalam bentuk pemberian makanan, membawa konsekuensi serius yang bisa merugikan manusia dan monyet. Dengan disiplin dalam menjaga jarak dan mematuhi anjuran konservasi, kita semua dapat berperan serta dalam menjaga kelestarian satwa liar Indonesia, menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam sekitar Ibu Kota Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline