Lihat ke Halaman Asli

Tri Atmoko

Peneliti Satwa Liar

"Grebeg Ledok" Nostalgia Keseruan Malam Sahur

Diperbarui: 27 April 2021   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ilustrasi: https://www.youtube.com/watch?v=f9HDxTzlMN4

Keseruan anak-anak dan remaja di malam ramadhan adalah hal yang selalu dinantikan. Banyak cerita masa lalu yang lekat bagi kita yang menghabiskan masa remaja di awal 90an.

Ritual membangunkan orang untuk makan sahur adalah salah satunya. Berbagai cara dan kreativitas selalu muncul dalam keterbatasan yang ada. Ada yang menggunakan beberapa ketongan berbagai ukuran, panci bekas, kaleng cat dan masih banyak lagi. Semuanya seru asal dilakukan rame-rame.

Berjalan bersama beberapa sahabat karib dengan membunyikan peralatan seadanya saat sahur adalah sesuatu banget. Di kampung pasti ada beberapa kelompok kecil yang sudah memiliki trayek jalur masing-masing. Sinkronisasi nada dan arasemen pun sudah dilakukan sore hari saat ngabuburit menjelang buka puasa. Sehingga saat 'pentas' saat dini hari nanti, suara yang dihasilkan harmonisasinya lebih mantap.

Daann... kreativitas mulai meningkat, tidak hanya berjalan kaki tapi menggunakan kendaraan. Awal tahun 90an tak banyak mobil, jarang sepeda motor, yang ada hanya sepeda. Tapi kreativitas itu tanpa batas, tak ada mobil, 'ledok' pun jadi. Ledok adalah sebutan di kampung untuk semacam gerobak dorong yang biasa digunakan untuk mengangkut tanah, pasir atau hasil pertanian.

Selepas sholat tarawih, sejenak setelah imam salam kedua, anak-anak langsung berhamburan menyiapkan atribut untuk grebeg ledok. Sederhanya saja, cukup sebuah ledok dan sebuah sepeda dan tali karet yang dibuat dari ban beks. Pegangan ledok diikat dengan kuat pada bagian belakang sepeda yang nantinya berfungsi sebagai mesin penarik. Yahh.. begitu saja. Berbagai bentuk dan ukuran ketonganpun juga disiapkan di atas ledok. Habis itu anak-anak pasti tidur malamnya gak nyenyak, beberapa kali bangun berharap saat sahur tiba...

Jam 3 dini hari, semua pasukan sudah siap dan tepat waktu. Satu orang anak paling besar bertugas mengayuh sepeda dan sisanya naik ledok di belakang dengan senjata kentongan masing-masing dan weerrr... ledok sepedapun meluncur penuh muatan. Suara ketongan berbaur dengan suara teriakan... sahuuurr... sahuuuurrr...

Saat itulah waktu paling bahagia anak-anak seakan menjadi pahlawan bagi semua orang kampung. Seolah semua orang tidak bangun untuk makan sahur tanpa ktivitas heroik mereka. Memang bahagia saat itu sangatlah sederhana...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline