Lihat ke Halaman Asli

Triatmi Andri Yanuarini

Mahasiswa S3 Kesehatan Masyarakat UNS

Siapkah Vaksinasi HPV bagi Anak Perempuan Kelas 5 dan 6 SD di Indonesia?

Diperbarui: 19 Desember 2022   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita. Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling sering didiagnosis dan menjadi penyebab utama kematian pada wanita di sebagian besar negara-negara Afrika Sub-Sahara, Melasia, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Pada Mei 2018, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyerukan untuk memberantas kanker serviks. Strategi Global WHO yang dicanangkan  untuk mempercepat penghapusan kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat dipresentasikan pada Majelis Kesehatan Dunia ke-73 pada Agustus 2020 dan diratifikasi melalui pemungutan suara. Kemudian WHO secara resmi meluncurkan Strategi Global Percepatan Penghapusan Kanker Serviks pada 17 November. 2020. Tiga sasaran strategi global tahun 2030 diantaranya :1). Vaksinasi 90% anak perempuan yang memenuhi syarat terhadap HPV; 2). 70 % wanita yang memenuhi syarat akan diperiksa setidaknya dua kali seumur hidup ; dan 3). Mengobati secara efektif 90% pasien dengan tes skrining positif atau lesi serviks, termasuk perawatan paliatif bila perlu(WHO, 2021).

Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) telah melakukan evaluasi keamanan vaksin HPV dan pada tahun 2017 menyimpulkan bahwa vaksin HPV memiliki profil keamanan yang sangat baik. Manfaat kumulatif vaksinasi HPV jauh lebih besar daripada risikonya, dan manfaat terbesar dicapai ketika vaksinasi HPV lengkap diselesaikan sebelum wanita melakukan hubungan seksual pertama kali. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk memasukkan vaksinasi HPV dalam rencana vaksinasi nasional(Song et al., 2017). Vaksinasi HPV mencegah hingga 90% kanker yang disebabkan oleh infeksi HPV. Vaksin ini efektif bila diberikan sebelum infeksi HPV, sebaiknya sebelum aktivitas seksual dimulai. Sejak 2007, empat vaksin profilaksis (pencegahan) telah dikembangkan untuk melindungi dari infeksi HPV di masa depan, khususnya Gardasil®, Cervarix®, Gardasil®9, dan Cecolin® . Vaksin dapat mencegah tetapi tidak mengobati infeksi HPV, imunisasi direkomendasikan terutama untuk orang yang lebih muda, sebelum terpapar HPV(Shapiro, 2022). Pada April 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan dua dosis vaksin HPV untuk anak perempuan berusia 9 hingga 14 tahun. Karena semakin banyak bukti bahwa rejimen dosis tunggal menawarkan kemanjuran yang sebanding dengan dua atau tiga dosis, Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi WHO (SAGE) baru-baru ini merekomendasikan rejimen dosis tunggal untuk anak perempuan dan wanita muda berusia 9 hingga 20 tahun(WHO, 2022).

Implementasi Vaksninasi HPV di Indonesia

Menindaklanjuti kebijakan WHO, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.01.07/MENKES/6779/2021 tentang Program Pelaksanaan Vaksin Human Papillomavirus (HPV) Tahun 2022-2024. Program vaksinasi akan dilaksanakan di wilayah/kota administratif DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Kota Makassar di Sulawesi Selatan tahun 2022-2023 dan di seluruh wilayah/kota Indonesia tahun 2024. Sasarannya adalah 889.813 anak perempuan kelas 5 dan 6 kelas. SD/MI/sederajat. Vaksin kanker serviks diberikan kepada anak kelas 5 dan 6 SD [/MI/sederajat] pada saat Bulan Vaksinasi Anak Sekolah (BIAS) setiap bulan Agustus(Nurhakim, 2022).

Menkes menjelaskan bahwa ketersediaan vaksin HPV merupakan aspek penting yang harus dipersiapkan. Oleh karena itu, pemerintah memperluas pengembangan dan produksi vaksin HPV dalam negeri melalui Kementerian Kesehatan dan Holding Farmasi BUMN bekerja sama dengan PT Marck (MSD). CEO Biofarma Honesti Basyir dan CEO MSD Indonesia George Stylianou disaksikan Menteri Kesehatan Budi G. Sadik dan Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury di Jakarta(Kemenkes, 2016). Honesti Basyir, Direktur Utama Bio Farma menambahkan penandatanganan kerjasama alih teknologi ini merupakan momen yang sangat baik bagi Biofarma untuk memperkuat infrastruktur kesehatan dengan meluncurkan vaksin HPV produksi Indonesia yang berkualitas . Hal ini memudahkan dan mempercepat masyarakat untuk mendapatkan vaksin HPV(Prasetyo, 2022). Langkah pemerintah ini harus kita apresiasi karena kesuksesan imlementasi vaksinasi di Indonesia salah satunya harus didukung dengan produksi vaksin dalam negeri yang memadai. Menurut Hadisoemarto PF 2016 bahwa empat syarat yang diperlukan untuk introduksi vaksin baru di Indonesia, yaitu rekomendasi berbasis bukti untuk penggunaan vaksin baru, kapasitas keuangan nasional yang memadai, produksi vaksin dalam negeri yang memadai, dan dukungan politik untuk introduksi(Hadisoemarto et al., 2016). Meskipun Vaksinasi HPV bukan termasuk baru di Indonesia tetapi terobosan pelaksanaan dengan sasaran  siswi kelas 5 dan 6 SD membutuhkan perhatian khusus demi tercapainya vaksinasi 90% anak perempuan yang memenuhi syarat terhadap HPV. Belajar dari kesuksesan pelaksanaan vaksinasi COVID -19 hal yang harus diperhatikan adalah dukungan politik untuk introduksi vaksinasi HPV. Dukungan dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah daerah dan jararanya akan mempercepat upaya implementasi vaksinasi HPV. Dukungan politik ini penting dalam upaya mensosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat pentingnya vaksinasi HPV bagi perempuan di Indonesia sebagai langkah preventif mencegah kematian yang disebabkan kanker serviks.

Masalah yang terkait dengan vaksinasi HPV

Ketidakpercayaan orang tua terhadap vaksin HPV tetap menjadi masalah yang berkelanjutan meskipun profil keamanan vaksin telah terbukti  dan bermanfaat dalam pencegahan kanker servik bagi remaja. Ketidakpercayaan berupa penolakan orang tua untuk divaksinasi, ketakutan akan masalah kesuburan, dan anggapan bahwa vaksinasi HPV tidak diperlukan karena anak perempuan dianggap tidak aktif secara seksual (Wirtz et al., 2022). 

Vaksinasi HPV yang akan dilakukan secara massal pada tahun 2024 memiliki potensi untuk terjadinya kendala dalam ketersediaan vaksin HPV. Target peserta vaksinasi HPV yang tersebar luas di berbagai wilayah memerlukan suatu perencanaan yang matang agar cakupan vaksinasi HPV tercapai.

 Permasalahan lain yang muncul dari program ini adalah berita bohong atau hoax yang dapat menimbulkan persepsi yang salah tentang vaksinasi HPV. Salah satu contoh berita hoax adalah "Vaksin HPV bisa menyebabkan menopause dini", berita-berita seperti ini akan membuat ketakutan di masyarakat untuk melakukan vaksinasi HPV.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mensukseskan Vaksinasi HPV

Meningkatkan kesadaran publik penting untuk mempromosikan integrasi pencegahan dan pendidikan kanker ke dalam rutinitas setiap orang tua untuk mengembangkan rencana pemantauan jangka panjang bagi anak perempuan yang telah menerima vaksin. Perlu dilakukan identifikasi kesenjangan dan hambatan untuk mengakses dan memberikan vaksinasi HPV(Shapiro, 2022). Cara terbaik untuk mempengaruhi dan meningkatkan kesadaran publik adalah melalui komunikasi(Constable et al., 2022). Komunikasi kesehatan yang efektif tentang topik ini sangat penting untuk meningkatkan vaksinasi. Oleh karena itu, strategi komunikasi ini harus dianggap sebagai praktik berbasis bukti dan digunakan oleh profesional kesehatan saat merekomendasikan vaksinasi HPV. Meningkatkan kesadaran akan manfaat dari strategi ini adalah prioritas(Constable et al., 2022). Sangat penting untuk memberi tahu orang tua tentang vaksin kanker serviks dan untuk mengembangkan pesan yang membangkitkan semangat dan dapat dipahami yang dapat dikenali oleh publik dan media(Shapiro, 2022). Secara operasional upaya ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: 1)Sosialiasi pelaksanaan vaksinasi HPV oleh tenaga kesehatan bisa melalui group WA orang tua atau menggunakan sesi informasi tatap muka dengan memberikan pamflet  di sekolah bersamaan dengan penerimaan rapor semester untuk menyebarkan informasi kepada orang tua (khususnya ibu) tentang kanker servik dan  pentingnya vaksinasi, karena orang tua  sebagai bagian dari proses persetujuan untuk vaksininasi HPV. Penyampaian informasi ini sekaligus bisa memberikan informasi kepada ibu tentang pentingnya pencegahan kanker serviks dengan vaksinasi HPV dan skrining melalui Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) serta Papsmear. 2)Mempromosikan vaksinasi HPV kepada siswi dengan intervensi video mendongeng menggunakan teknologi seluler berbasis web(Kim et al., 2020). Hal ini akan meningkatkan pemahaman dan meminimalisir ketakutan siswi untuk mengikuti vaksinasi. 3)Tenaga kesehatan mengumpulkan dan memanfaatkan informasi tentang faktor perilaku dan sosial yang mempengaruhi vaksinasi(Shapiro, 2022).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline