Lihat ke Halaman Asli

Trianto ibnuBadar

Penulis Buku; Seniman; Pengamat, Praktisi, Birokrasi, Pemerhati Pendidikan, Seni dan Budaya

Sunan Kalijaga: Wali Pengusung Kearifan Budaya Lokal [Bagain 3]

Diperbarui: 29 Juli 2022   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berandal Lokajaya sang Perampok Budiman 

Setelah diusir ayahnya, Raden Said mengembara tanpa tujuan pasti. Satu tujuan awal yang ia iginkan adalah bertemu dengan raja perampok yang bernama Brandal Lokajaya yang pernah menjadikan dirinya terkena fitnah, yaitu memperkosa seorang gadis.

Raden Said mendengar jika, para perampok tersebut bersarang di hutan Jatiwangi. Dari cerita para penduduk yang ditemui, hutan Jatiwangi dikenal sebagai hutan keramat -- tiada satupun orang yang berani masuk ke dalamnya. Karena siapa saja yang masuk, maka tahu-tahu ia sudah menjadi mayat. Hal demikian menjadi mithos para penduduk, kalau di dalam hutan Jatiwangi ada penunggunya yaitu monster jahat sebangsa jin atau makhluk halus lainnya.

Raden Said , tidak peduli dengan dirinya. Cerita tentang hutan Jatiwangi malah menjadikan penasaran baginya. Maka begitu ia mendengar cerita angker tentang hutan Jatiwangi, segeralah Raden Said menuju ke situ.

Matahari sudah hampir tenggelam, saat Raden Said menginjakan kakinya di pinggir hutan Jatiwangi. Memang benar htan Jatiwangi begitu tampak seram dan angker, bunyi-bunyian bitanag hutan semakin membuat bulu kuduk berdiri saja. Tetapi tdiak demikian dengan Raden Said yang sudah berketetapan hati, kakinya enggan kembali lagi sebelum ia bertemu dengan Brandal Lokajaya. Semakin ke dalam, cahaya matahari tiada yang mampu menerobis rimbunya pepohonan, apalagi hari sudah surup  matahari benar-benar sudah tenggelam dalam peraduan. Hal ini membuat semakin gelapnya hutan Jatiwangi, belum sempat kakinya masuk semakin ke dalam, tiba-tiba telinganya mendengar sekelebat sosok menyerang dirinya. Raden Said segera menghindar, tangan kanannya sekonyong sempat menyarangkan pukulan sang penyerang, sedangkan kaki kirinya juga menendang penyerang satunya. Benar saja, tiba-tiba terdengar tubuh terjatuh gedebuk, gedebuk sambil menyeringai kesakitan. Raden Said segera melompat kepada dua orang penyerangnya yang terjatuh sambil mencekik kedua leher orang itu.

"Ampun tuan, ... ampun." kedua orang itu meminta ampun dan minta dilepaskan.

Setelah dikorek, ternyata kedua orang itu adalah anak buah Brandal Lokajaya.

Raden Said minta kepada kedua orang yang kalahkan untuk menemui ketuanya, yaitu Berandal Lokajaya. Dengan sangat ketakutan merekapun membawa Raden Said menemui kepala perampok itu.

Ditengah hutan yang begitu lebat tampak bangunan panggung beratapkan rumbia, di tengah-tengah halaman sekelompok orang sedang bersukaria makan-maan dan minum-minum ditengahnya menyala api unggun. Itulah sekawaman perampok yang dipimpin oleh Berandal Lokajaya, raja perampok yang sangat ditakuti oleh masyarakat di seputaran wilayah Tuban, Pati, Rajekwesi (Bojonegoro), dan Jipang (Cepun). Kawanan perampok ini sangat beringas, dan kejam. Merka tidak saja merampok, tetapi membunuh, bahkan memperkosa para gadis-gadis. Perbuatan yang benar-benar di luar batas kemanusiaan.

Kawanan perampok itu sekonyong-konyong bersiap-siaga ketika, telinga mendengar ada kaki mendekat. Dan memang benar, dari balik kegelapan dating tiga orang yaitu Raden Said, dengan dua teman kawanan perampok tersebut. Merekakan serta-merta menyerang Raden Said dari segala penjuru, tetapi kesaktian Raden Said bukanlah seimbang dengan mereka. Hanya beberapa menit, saja kawanan perampok tersebut sudah babak belur.

Keramaian suara baku hantam di luar rumah panggung telah mengusik sang ketua perampok bernama Berandal Lokaya yang sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita di kamarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline