Dasar, sekaligus puncak dari beragama adalah kenikmatan (baca juga: kenyamanan). Barangsiapa beragama tidak diawali dari kenikmatan, maka dia akan terancam terombang-ambing saat bertemu dengan kenikmatan lain dalam perjalanan. Barangsiapa belum sampai pada kenikmatan dalam beragama, maka dia berpotensi gugur di tengah jalan lain.
Agama harusnya menjadi tempat 'beristirahat' penuh kedamaian, bukan malah menjadikan jiwa mendidih penuh kekhawatiran. Maka, 'fabiayyi ala irobbikuma tukadziban' diulang 31 kali dalam surah Arrahman. Menandaskan bahwa limpahan nikmat telah dikucurkan berkali-kali. Saking seringnya, kita yang mendapati malah lupa diri.
Kesehatan yang dirasakan sehari-hari. Bisa jalan kaki ke sana kemari. Bisa merasakan sajian nikmat hakiki. Bisa mendengar alunan penuh harmoni. Alpa dinikmati sebelum sakit menghampiri.
Waktu luang yang tersedia. Sempat melakukan amalan sedekah. Sempat melakukan hal-hal yang disuka. Sempat merenungi sesuatu yang membuat gembira. Alpa dinikmati sebelum akhirnya sempat menjadi sempit.
Masa-masa muda penuh kebugaran dan enerjik. Berpikiran tajam cemerlang. Bugar begadang semalaman mengasah nurani. Kuat beradu idealisme demi impian diri. Alpa dinikmati sampai akhirnya renta mendatangi.
Harta benda yang cukup bahkan lebih. Bisa membeli segala keinginan diri. Bisa mewujudkan impian menggunakan modal sendiri. Tanpa perlu utang sana sini. Alpa dinikmati sebelum kemiskinan menghimpit.
Dan akhirnya, nyawa yang membedakan dengan tumpukan bangkai. Yang menjadikan amalan masih dinilai. Yang menjadikan tobat masih dipertimbangkan. Yang keinginan masih bisa diusahakan. Alpa digunakan sebelum akhirnya jasad terkubur dan yang tertinggal hanyalah penyesalan.
"Maka, nikmat Tuhanmu mana yang Kamu Dustakan?"
Siapa yang pernah belajar mendaras alquran pertama kali mulai dari alfatihah hingga annas di masa kecilnya. Pasti punya kenangan saat perjalanan tadarus kita sampai pada arrahman. Ayat ritmis yang diulang-ulang.
Untuk yang baru belajar, jelas ini memudahkan proses belajar mendaras surat ke 55 ini. Untuk yang sudah fasih, pengulangan ini tentu menjadikan penguatan mantra ke dalam diri untuk direnungkan kembali.