Secangkir teh terhidang di depan Tuan
Daunnya dipanen dari kebun tak bertuan
Dipetik pagi-pagi sekali sebelum ada Tuan
Dirajang kecil-kecil sekali seperti kasih Tuan
Dikeringkan di bawah terik penderitaan
Diseduh bersama air semendidih perasaan
Baik-baiklah Tuan menikmati cangkir itu
Sececap demi sececap jangan terburu-buru
Kami di sini juga masih bersabar
Memburu waktu saat Tuan tak sadar
Pabrik ini akan kami bakar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H