Lihat ke Halaman Asli

Trian Ferianto

TERVERIFIKASI

Blogger

Listrik Padam dan Internet Lumpuh adalah Momen Kita Bersyukur

Diperbarui: 6 Agustus 2019   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Teh dan Pengkhianat karya Iksaka Banu | Dok.pri

Awalnya saya mau menulis tentang Sentot Alibasha Prawirodirjo, sosok yang mendapat julukan Napoleon-nya Pulau Jawa. Sosok ini menarik menurut saya karena pernah menjadi tangan kanan Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa, namun di akhir hayatnya ada yang menyebut bahwa beliau kemudian menjadi penghianat yang memihak Belanda.

Bahkan diabadikan oleh Iksaka Banu dalam buku kumpulan cerpennya, Teh dan Pengkhianat yang sangat nampak sekali bahwa Sentot Alibasha adalan sosok pengkhiatnya itu.

Saya penah sekali melewati depan makamnya di Bengkulu. Berada di kompleks pemakaman umum, namun jelas dibedakan dengan makam lainnya karena memiliki bangunan tersendiri layaknya makam keramat di Jawa. Meski tidak tampak keramaian khas makam-makam orang besar.

Tulisan ini tidak saya lanjutkan karena saya kesulitan mencari data pendukung.

Kemudian saya hendak menuliskan sosok Johan Paul van Limburg Stirum. Sosok ini tidak banyak disebut di buku-buku sejarah di Indonesia. Seingat saya selama menjalani sekolah SD hingga SMA, tidak pernah tersebut nama ini. Konon, sosok inilah yang pertama kali memasukkan sistem kurikulum paling teratur dan terintegrasi di Nusantara yang kemudian hingga sekarang diadopsi oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Cerita ini saya dapatkan dari buku Sekolah Biasa Saja tulisan Toto Raharjo.

Namun seperti perkara pertama di atas, tulisan saya berhenti karena kesulitan mencari tambahan informasi.

Sebabnya apa? Internet saya ngadat.

Saat ini internet saya macet. Mungkin efek listrik padam seharian ini di Jabodetabek. Saya pun baru tahu saat malam hendak berganti hari. Tidak ada teve di rumah, dan seharian kesulitan mengakses internet.

Padahal saya harus menulis sesuatu hari ini. Dan saya baru menyadari bahwa betapa lemahnya saya. Kala internet padam, terasa betul susahnya mencari bahan tulisan dengan waktu mepet. Hendak memverifikasi suatu peristiwa, atau memperkuat suatu argumen untuk bahan tulisanpun, terasa sangat susah tanpa koneksi internet yang lancar.

Sungguh, betapa kufur nikmatnya saya jika saat-saat sambungan internet lancar, tidak aktif berkarya dan memproduksi sesuatu. Kapok betul sekarang saat semua 'nikmat' itu dicabut di kala kondisi seperti ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline