Lihat ke Halaman Asli

Orang-orang Berpikiran Sempit dan Picik

Diperbarui: 4 April 2017   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Faktor yang membuat suatu bangsa sulit maju adalah pikiran yang sempit dan picik. Pikiran yang sempit dan picik ini dimiliki oleh orang-orang yang merasa dirinya selalu benar, paling hebat, paling pintar, paling senior, paling berpengalaman, paling relijius, dan paling-paling yang lainnya. Karena merasa diri paling, maka orang itu tidak mau menerima saran, kritik, ide baru dan juga perubahan. Orang yang berpikiran sempit dan picik, senangnya hanya mengatur dan mendikte orang lain, apa yang boleh dan apa yang tidak. Orang dengan tipe ini menganggap bahwa hidup tidak akan berjalan tanpa dirinya. Narsisnya luar biasa.


Bila orang dengan tipe ini tidak suka pada sesuatu, maka ia akan menentang habis-habisan dengan alasan agama dan ideologi lainnya, untuk membenarkan ketidaksukaannya. Ingat bagaimana Cina membentengi dirinya sedemikian rupa, karena takut paham/ideologinya terganggu. Mereka takut bahwa orang asing akan membawa paham/ajaran/isme lain, di luar komunisme yang dapat membahayakan ideologi negara mereka. Dulu rumah penduduk dirazia, untuk memastikan apakah ada buku-buku yang membahayakan ideologi mereka. Bila polisi menemukan buku-buku yang dianggap berbahaya dan menyesatkan, maka buku-buku itu akan dibakar dan pemiliknya di penjara. Betapa mengerikannya masa itu buat rakyat Cina yang ingin maju.


Cina menjadi negara yang sangat tertutup. Saat menutup diri seperti itu, orang hanya mengenal Cina sebagai Raksasa Bulutangkis dan belakangan olahraga lainnya. Baru setelah Cina membuka diri, Cina mulai dikenal sebagai raksasa ekonomi. Itu kunci kemajuan Cina, membuka diri, tidak menutup diri dan mata pada dunia lain. Pemerintah Cina menyadari bahwa rakyat sudah dewasa, berhak menentukan sendiri apa yang boleh dan tidak boleh mereka pelajari. Tanpa memberi kebebasan itu, mungkin perkembangan ilmu pengetahuan di Cina tidak akan berkembang seperti sekarang.


Indonesia, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Cina di masa lalu. Walau rakyatnya sudah banyak yang berpendidikan tinggi, bahkan sampai bangga karena kuliah di luar negeri, namun pikirannya masih tertinggal di jaman lalu, jaman jahiliyah, dimana kekerasan menjadi satu-satunya cara untuk menghadapi perbedaan pendapat. Kekerasan itu bisa berupa apa saja seperti kekerasan psikis, kekerasan fisik, kekerasan intelektual, dan kekerasan spiritual. Orientasinya bukan pada kemajuan bersama dan perubahan, tetapi kepada kuasa. Semakin pintar, semakin ingin berkuasa. Orang seperti ini, menilai segala sesuatu hanya dari sudut suka atau tidak suka, dengan dalih benar atau tidak benar. Mereka beranggapan bahwa orang lain akan begitu tolol sehingga mudah terpengaruh apabila melihat, mendengar dan membaca sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran menurut versinya.


Manusia diberi Tuhan Yang Maha Kuasa, akal, budi dan nurani untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik, benar dan tidak benar. Apalagi kalau ia sudah ditanamkan sejak kecil bahwa sesuatu itu tidak baik, tidak benar, dan tidak pantas, maka ia akan melakukan Self Protection untuk melindungi dirinya sendiri. Kita hanya bisa memberi pengarahan, bukan membangun benteng yang rapuh untuk menolak setiap hal yang tidak kita sukai atau kita anggap salah.


Orang-orang yang tidak menerima perbedaan, menganggap diri selalu benar, paling pintar, paling senior, paling tahu, dan paling-paling yang lainnya, akan membuat kelompok mengalami stagnasi, berputar dalam lingkaran. Orang-orang yang berpikiran panjang dan luas bisa menerima perubahan, menghargai perbedaan, terbuka untuk kemajuan dan memandang positif dari hal atau kejadian yang paling negatif sekalipun. Orang-orang dengan tipe ini bila berada dalam kelompok atau komunitas, akan membawa kelompok atau komunitas tersebut menuju kemajuan yang signifikan karena kemajuan hanya dimiliki oleh orang-orang yang mau terbuka, rendah hati, positif dan belajar. Mereka tidak pernah merasa diri hebat, apalagi mengklaim diri hebat. Ilmunya hanya ilmu padi, makin berisi makin menunduk. Karena orang yang terbuka dan tidak berpikiran sempit selalu memandang bahwa dari orang yang paling kecil pun, ia bisa belajar banyak dari mereka atau dari hal yang paling keliru pun, ada hal positif yang bisa diambil. (Eva)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline