Lihat ke Halaman Asli

Orangtua Rindu Anak Pamit Pergi ke Sekolah

Diperbarui: 24 Desember 2020   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Dokumentasi pribadi di MI Alhusaeniyah Selakopi

Sejak bulan Maret 2020, seluruh peserta didik di Indonesia dirumahkan. Mereka pun dipaksa mengalihkan fungsi smartphone - nya yang semula hanya hiburan, kini harus menjadi pegangan utama sebagai media pembelajaran. Guru - guru pun harus memutar otak serta merencanakan ulang RPP - nya menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tak kalah repot, para wali peserta didik pun harus siap siaga menjaga semangat belajar anak - anaknya. 

Tak hanya sampai di sana. Para orang tua merasa sangat kewalahan dengan anak - anaknya yang malas bila disuruh belajar atau mengerjakan tugas. Anak - anak hanya akan belajar bila diminta oleh gurunya. Itulah yang membuat salah satu sekolah di Kabupaten Sukabumi ini berani melaksanakan luring (luar jaringan). 

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) luring ini dilaksanakan dengan berani karena banyaknya keterbatasan yang ada. Seperti: kuota yang cepat habis, jaringan yang lama, dan handphone yang dipakai secara berjamaah sekeluarga. Terlebih lagi desa tempat sekolah ini bernaung ternyata zona aman. Tidak ada orang yang terkena COVID - 19. Maka dari itu, untuk menepis kekurangan saat daring (dalam jaringan) sekolah ini melaksanakan luring secara bergilir.

Guru - guru di sekolah tersebut sepakat untuk menjadwal luring yaitu: hari Senin kelas 1 dan 2, hari Selasa kelas 6, hari Rabu kelas 3, dan hari 

Rabu kelas 5. Perkelas dibagi tiga kelompok peserta didik sesuai dengan alamat tempat tinggalnya seperti kelas 6 yang dibagi tiga kelompok besar, yaitu: Kelompok 1 Lemburjami, kelompok 2 Selakopi, dan kelompok 3 Nagrog. Jam dimulai dan berakhirnya pembelajaran pun digilir. 

Luring yang dijalankan tentunya dengan keketatan protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menjadi kunci keberhasilan menjaga semangat belajar para peserta didik. Luring juga hanya satu jam dan hanya satu hari. 

Para orang tua hanya berharap pandemi cepat berlalu. Protokol kesehatan serta social distancing sudah dilaksanakan. Kemalasan dan intensitas lebih sering dengan smartphone membuat para orang tua khawatir. 

Kekhawatiran orang tua peserta didik dikarenakan banyaknya konten yang tidak sesuai usia yang bisa saja tidak disengaja dibuka oleh anaknya. 

Di sinilah peran guru harus ada di garda terdepan untuk menfilter para peserta didik dalam mencari informasi terkait materi pelajaran di internet.

Terlebih daring maupun luring. Para orang tua peserta didik merindukan anak - anaknya keluar rumah dengan seragamnya tanpa takut terpapar pandemi. Tidak terkekang dengan protokol kesehatan dan lain sebagainya. Para orang tua selalu menegaskan anak - anaknya selalu menjaga kesehatan dan kebersihan diri. Sehingga sangat mendukung sekolah tatap muka lagi.

 Walaupun para guru dan orang tua serta teman yang rajin telah menjaga semangat belajar anak - anak yang lain. Tetap saja ada peserta didik yang malas serta kebablasan berselancar di dunia maya atau tenggelam serunya dunia game. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline