Lihat ke Halaman Asli

Spill The Tea Merebak di Twitter: Cyber Bullying atau Bukan?

Diperbarui: 28 Juli 2021   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Image may be subject to copyright 

Spill The Tea atau yang bisa diartikan juga sebagai teh tumpah merupakan sebuah cara seseorang atau sekelompok orang untuk mengungkap suatu rahasia atau informasi tentang seseorang yang baru saja melakukan kesalahan besar, yang kemudian membongkar dan menggosipkannya di laman sosial media Twitter dengan membuat sebuah thread obrolan di sana.

Tidak dipungkiri, terkadang cara ini memang bermanfaat bagi beberapa orang karena menganggap bahwa mereka telah  mengungkap suatu kejahatan dan menindak orang tersebut dengan sanksi sosial. 

Contohnya, bagaimana seseorang mengungkap seorang kriminal atau pemerkosa yang selama ini memakan banyak korban tetapi masih berkeliaran menghirup udara bebas. Juga bahkan terungkap seorang predator anak, pencuri, penipu, dan seseorang yang melakukan kejahatan di lingkungan rumah mereka tetapi tidak ada seorang pun yang berani melapor ke pihak yang berwajib.

Fenomena Spill The Tea seolah-olah sudah menjadi sebuah wadah bagi seseorang yang pernah menjadi korban dalam tindak kejahatan tetapi takut untuk mengungkapkan. 

Seperti yang sudah kita pahami, speak up atau angkat suara adalah jalan yang tepat jika kamu merasa sudah menjadi korban dalam suatu kasus kejahatan. Dan kali ini, dengan Twitter sebagai wadahnya, seseorang biasanya akan mengungkap pengalaman pribadi mereka atau orang terdekatnya sebagai bentuk pengungkapannya terhadap dunia.

Diawali dengan sebuah cuitan berisikan tema yang akan dibahas dengan sepotong kata 'a thread' yang biasa digunakan oleh orang-orang yang akan memulai sebuah cerita panjang tentang apa-apa yang dirinya atau orang disekitarnya alami. Tidak perlu menunggu waktu lama, cuitan awal ini biasanya akan langsung menarik perhatian pengguna lain. Orang-orang akan mulai menyukai atau me-retweet cuitan tersebut untuk menyebarkannya lebih luas.

Dalam hal fenomena Spill The Tea ini, pengguna lain biasanya akan memberi pendapatnya dalam masalah tertentu dan membalas dengan sebuah cuitan di dalam thread masalah. 

Mereka seolah-olah dapat merasakan bagaimana penderitaan seseorang di dalam cuitan tersebut dan mulai saling bahu-membahu meminta bantuan terhadap pihak yang berwajib. Misal, menyebarluaskan kasus dengan cara membuat hashtag tertentu agar kasus menjadi viral dan dapat dibaca oleh semua orang. Juga dengan cara mencari tahu akun sosial media pelaku dan mulai menyerangnya.

Memang, beberapa hal bisa sangat menguntungkan dalam perspektif tertentu. Namun, lama kelamaan trend ini terasa semakin janggal karena banyaknya orang yang memanfaatkan kesempatan hanya agar dirinya menjadi terkenal atau mendapatkan banyak pengikut, dengan dalih bahwa dia menjadi si pembawa berita dan mengungkap kasus yang sebenarnya tidak terlalu penting. 

Dalam kasus ini, terjadi beberapa akibat fatal karena seseorang yang membuat cuitan seolah-olah menjadi korban dalam hal tertentu, yang sebenarnya jika dari pandangan lain, pelaku tidak seratus persen salah dalam hal itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline