Lihat ke Halaman Asli

Tri Agustini

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman

Manifesting Your Goals "Inspirasi Mewujudkan Mimpi dalam Hidup"

Diperbarui: 27 November 2023   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Kalimat-kalimat seperti "gausah mimpi deh" atau "mimpimu ketinggian, ntar jatoh sakit" sudah mulai jarang terdengar. Seringkali kita memikirkan bagaimana hidup kita sepuluh atau dua puluh tahun mendatang. 

Bisa menjadi lebih baikkah atau bahkan lebih buruk? Harus jadi apa di masa depan, bagaimana rasanya, dan apakah usaha yang kita lakukan hari ini akan menunjang kehidupan di masa depan? Sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok. 

Ketakutan-ketakutan seperti itu pasti pernah singgah dalam pikiran. Ada yang berpendapat bahwa semakin kita memikirkan masa depan maka kita akan semakin tidak menikmati apa yang terjadi hari ini. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan itu. Masa depan patut untuk dipikirkan dan diperjuangkan. Yang membuat kita tidak menikmati hari ini adalah kurangnya rasa syukur.

Tanpa disadari pada kenyatannya kita dituntut untuk menjalani hidup dengan lebih baik dari kehidupan para orang tua. Si anak petani kelak jangan sampai menjadi seorang petani, si anak guru kelak minimal harus menjadi seorang guru. 

Profesi menjadi tolak ukur kesuksesan dalam lingkungan masyarakat. Jika mendengar kalimat "masa depan" yang tergambar dalam pikiran adalah kesuksesan, profesi apa yang akan kita jalani nantinya. 

Padahal jika kita artikan secara sederhana, masa depan adalah waktu yang akan datang. Masa depan tidaklah jauh, besok pun sudah menjadi masa depan.

Sebagian orang percaya dengan hukum sebab akibat. Apa yang kita lakukan hari ini akan berakibat esok ataupun nanti sehingga mereka selalu melakukan hal-hal positif dalam hidupnya. Ada juga yang hidupnya mengalir saja seperti air, dengan dalih bahwa hidup yang mengikuti arus itu tenang tanpa ambisi dan mimpi. Jika dilihat sekilas maka "Ya" namun ada jurang yang menanti air untuk terjun bebas. Ya, karena itu. 

Jadi untuk apa bersusah payah memikirkan hal yang akhirnya belum kita ketahui. Toh setiap orang akan melewati arus dan badainya masing-masing. Untuk apa bermimpi dan lelah memikirkan bagaimana cara menggapainya jika belum pasti dengan hasil akhirnya. Lebih baik ikuti saja alurnya, tidak harus dipusingkan dengan mimpi dan cara menggapainya. Begitu pikirnya.

Mimpi dalam kehidupan nyata adalah keinginan/target yang diharapkan dapat tercapai. Ada yang takut bermimpi hanya karena ia terlahir dari keluarga tidak mampu, tidak memiliki privillage dengan mimpinya itu, hingga ia merasa tidak akan pernah mampu. Sepertihalnya pepatah mengatakan bahwa "buah tidak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya". Akhirnya mindset yang terbentuk adalah kelak ia akan hidup seperti kedua orang tuanya.

Sama halnya dengan Saya yang bermimpi menjadi mahasiswa saat masa SMA. Di tengah keterdiaman saya sebagai seorang siswa saat itu, saya selalu berpikir akankah saya bisa, akankah saya mampu menjadi mahasiswa dengan kondisi finansial yang sial ini. 

Berada dalam keadaan ekonomi yang tak pernah berubah membuat saya gerah. Bagi si miskin tentu saja kebebasan finansial menjadi impian yang digadang-gadangkan. Tentu di tengah keterbatasan finansial itu hanya bisa berharap sang penguasa alam semesta memberikan belas kasih pada hambanya ini dengan mengandalkan nilai yang dipunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline