Lihat ke Halaman Asli

Tri Agustini

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman

Harapan Terakhir

Diperbarui: 14 November 2022   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kala itu hujan baru saja meninggalkan si bungsu di gubuk kecil dekat sungai. Ia duduk layaknya memerhatikan dedaunan yang hanyut. Tak ada yang tahu bukan ia tengah melakukan apa. Bisa jadi ia memang mengamati sesuatu yang hanyut dalam air, atau bisa jadi ia tengah termenung.

"Hey," sapa seseorang mengejutkannya. 

Ternyata itu adalah temannya. Ia datang dengan kucing digendongannya. Lucu sekali kucing itu, dengan gaya malasnya ia berada di pundak sang majikan tertidur nyenyak. 

"Untuk apa kau disini?" tanya temannya itu.

"Menunggu hujan pergi," sahut si bungsu seraya menatap sekilas pada temannya yang duduk memangku kucing malas itu.

"Lalu? Bukankah hujan sudah pergi? Lantas mengapa tetap disini?" tanyanya lagi.

Si bungsu tak langsung menjawab, ia menghadap temannya itu dan mengambil alih kucing malas yang sedang tertidur.

"Huh berat sekali rasanya," ucap si bungsu selepas meletakan kucing itu pada pangkuannya.

"Ya, dia semakin bertambah saja berat badannya. Tidak kah kau lihat ia semakin gembul. Lihatlah, pipinya menenggelamkan hidungnya" ujar temannya itu yang terkekeh pelan.

"Bukan," sahut si bungsu.

"Lalu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline