Lihat ke Halaman Asli

Kopi Arabika Java Ijen Raung, Republik Kopi, dan Bank Indonesia

Diperbarui: 30 Oktober 2017   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi KPWBI Jember

Sejak beralihnya tugas perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI kini sibuk mengurusi kopi, benarkah? Sungguh aneh sebuah Bank Sentral mengurusi kopi. Padahal di negara-negara lain, Bank Sentral itu ya mengurusi moneter dan/atau perbankan. 

Mengapa BI tiba-tiba menyasar bidang lain seperti perkopian? Apakah BI sedang "gigit jari" dan "ngambek" karena tugas "emasnya" sudah tidak dikuasainya lagi? Ataukah BI berlagak trendy supaya dibilang gaul seperti anak muda kebanyakan yang suka beredar di cafe coffee? Atau...jangan-jangan BI sedang setress?!

Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo baru saja menerima penghargaan Global Market Award 2017 sebagai Governor of the Year Asia Pasifik Timur pada 14 Oktober 2017 di Washington DC, Amerika Serikat lho... Lantas bagaimana mungkin BI setress? Justru kredibilitas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia semakin naik daun. BI sedang bergulat dengan transformasi dirinya. Dan transformasi yang terjadi, telah diapresiasi oleh masyarakat internasional.

Lalu soal BI mengurusi kopi hanya isapan jempol/berita hoaks ataukah sebuah kebenaran?

UMKM dan Bank Indonesia

Potensi besar UMKM terkendala pembiayaan hingga saat ini. Berdasarkan data BI, pemberian kredit perbankan kepada UMKM tahun 2016 sekitar 19,7%. Dimana usaha menengah mendominasi kredit UMKM sebesar 46,7% dan share kredit mikro sekitar 23,5%.

Permasalahan UMKM lainnya adalah kualitas SDM yang rendah, kurangnya pengetahuan dan teknologi yang cukup dalam mengelola usahanya, pemasaran produknya kurang menjangkau pasar yang lebih luas, kurangnya informasi bisnis, dan akses perbankan. BI yang concern terhadap UMKM telah melakukan berbagai upaya dengan menetapkan kebijakan/ketentuan perbankan agar meningkatkan pembiayaan kepada UMKM, fasilitas produk pembiayaan kepada sektor produktif, serta memfasilitasi perbankan dengan sektor riil (UMKM).

Dokumentasi KPWBI Jember

Pembinaan UMKM telah dilakukan BI sejak beberapa tahun lalu. UMKM yang disasar merambah ke sektor pertanian, holtikultura, perkebunan, peternakan/perikanan, industri pengolahan, dan sektor budaya. BI juga memberikan ruang khusus bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi seputar UMKM dan pengembangan UMKM dalam Info UMKM pada webnya www.bi.go.id. Selain itu, BI juga membuat aplikasi SI APIK pada android yang berguna untuk pencatatan keuangan bagi UMKM.

Dokumentasi KPWBI Jember

Secara khusus, BI mengembangkan klaster usaha yaitu pembinaan terhadap UMKM yang memiliki potensi tinggi sebagai komoditi penyumbang inflasi, sumber pertumbuhan ekonomi baru, pelestarian budaya/pengembangan ekonomi lokal, berorientasi ekspor dan/atau sebagai substitusi impor. Pengembangan UMKM unggulan berguna menumbuhkembangkan/ menciptakan pusat-pusat aktivitas ekonomi baru secara berkelanjutan melalui optimalisasi sumber daya lokal. 

Dengan tujuan meningkatkan kelayakan keuangan dan akses UMKM kepada pembiayaan. Lebih jauh, BI mengembangkan/membangun sistem hulu ke hilir yang meliputi aspek budidaya, pengolahan, dan pemasaran sehingga produk memiliki nilai tambah lebih.

Dalam skala nasional, BI memfasilitasi pameran UMKM melalui Karya Kreatif Indonesia (KKI) sejak tahun 2016 (diselenggarakan setiap tahun). Sedangkan untuk tingkat internasional, BI telah mengikutsertakan kain tenun dan songket Jembrana dalam pameran kerajinan "Hand Made Korea Summer 2017" di Seoul, Korea Selatan serta kerajinan Sulam Karawo Gorontalo hingga ke panggung "New York Fashion Week 2017", di New York, Amerika Serikat. Bagaimana dengan kopi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline