Lihat ke Halaman Asli

Siapa yang Tidak Suka Sinetron? Saya, Tapi...

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ya, memang benar, kalau ada pertanyaan atau survey yang bertanya siapa yang tidak suka sinetron? Saya dengan lantang dan paling awal menjawab Saya... Terkadang saya berfikir, lebih jahat teroris (bomber) atau sinetron, saya menjawab sinetron. Prihatin memang dengan sinetron-sinetron sekarang. Sinetron sekarang kebanyakan tanpa ada pesan yang jelas pada penontonnya, karena kisahnya tidak jauh dari cinta, mobil mewah, rumah mewah, menghujat, marah, iri, dengki, dan yang lagi populer tidak jauh dari urusan mistis dan mesum, terkadang mistis dibungkus dengan mesum, sepertinya ada semua.

Siapa yang tidak prihatin dengan keadaan seperti ini, ditengah bangsa yang saat ini sedang mengalami krisis moral, justru anak-anak diberikan tontonan yang sangat amoral. Disaat jam belajar (19.00-21.00) televisi sudah menggodanya dengan rayuan aktor dan aktrisnya. Dalam keluarga, sosok ibu yang seharusnya menjadi madrasah (baca: sekolah [bahasa arab]) bagi anaknya di rumah, justru ikut terjebak dalam rayuan para pesinetron di layar kaca. Itu realita keadaan sekarang, bahkan tak jarang sang ibu mengajak diskusi anaknya mengenai sinetron yang sedang di tontonnya, padahal si-anak masih berumur 5-10 tahunan.

Dalam paragraf pertama, saya menuliskan lebih jahat teroris (bomber) atau sinetron, saya menjawab dengan lantang juga SINETRON. Kenapa? Kembali lagi ke moral. Dengan asumsi penduduk 200 juta, dan yang 50% penduduk menikmati sinetron di tv, jadi penduduk yang menikmati sinetron yang tak bermoral sekitar 100 juta. Bayangkan dalam fikiran penduduk Indonesia selalu di jejali cinta, mobil mewah, rumah mewah, menghujat, marah, iri, dengki, mistis dan mesum. Semua tentang hedonisme (baca:hura-hura). Tidak hanya di satu atau dua jaringan tv, tapi mayoritas, hanya dua stasiun tv yang saya kira tidak menayangkan sinetron. Sungguh ironi.

Apakah sinetron Indonesia sudah sangat memprihatinkan semua? Tidak, ini yang membuat saya menulis dalam judul ada "tapi"-nya. Memang masih ada para arsitek film/sinetron Indonesia yang masih bisa kita harapkan perannya, salah satunya H. Dedy Miswar dalam film Para Pencari Tuhan (PPT) yang saat ini sudah memasuki tahun ke-5 (PPT5). Dalam sinetron ini sangat banyak petuah-petuah yang disampaikannya. Setiap tutur kata pemeran sangat mengandung banyak petuah yang bisa diambil penontonnya. Selain itu, para tokoh dan karakteristiknya tidak jauh dengan kehidupan masyarakat saat ini.

Saya bisa mengambil sedikit dari banyaknya petuah dari para pemain PPT. Diantaranya tutur kata mas Juang kepada Bang Jack. "Bang, perlibatkan Allah dalam setiap tindakan". Atau jawaban Azam saat ditanya Bang Jack apa yang menjadi rahasia ibunya, lantas Azam menjawab."Rahasianya ada di dalam Al Quran". Mungkin sedikit yang saya ingat tentang percakapan yang ada di PPT, saya kira percakapan dari awal sampai akhir tersirat makna yang sangat luar biasa untuk kehidupan kita sehari-hari.

Semoga para penulis skenario dan para arsitek sinetron/film Indonesia semakin menyadari, mau dikemanakan generasi muda bangsa kalau tontonnya setiap hari seperti ini, tontonan yang jauh dari tuntunan, tontonan yang sekedar menaikkan rating dan iklan saja. Semoga...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline