Lihat ke Halaman Asli

Lemak Nian! Ikan Pindang Patin & Pepes Tempoyak

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1342497258725046204

[caption id="attachment_194589" align="aligncenter" width="580" caption="Ikan Patin Pindang "][/caption] "Kalo ke Palembang jangan makan pempek. Cobain ikan patin pindang!" sahut saya kepada teman-teman saya yang hendak pergi ke kota yang terkenal dengan jembatan Ampera itu. Pempek dan Kota Palembang memang sulit dipisahkan. Makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan dan sagu, dimakan dengan cuko ditambah udang ebi tersebut memang begitu melegenda. Hampir setiap orang yang pulang melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin, Palembang, pasti menenteng oleh-oleh pempek. Bau cuko dan ikan yang menyeruak di tiap pesawat yang take off dari Palembang sudah jamak ditemui. Adalah teman saya yang asli Palembang merekomendasikan masakan Palembang lain sewaktu perjalanan dinas ke kota pempek ini, yakni ikan pindang patin. Bosan juga setelah dua hari dua malam perut  digempur abis-abisan oleh pedas dan asamnya cuko, saya mengiyakan ajakan teman saya. Restorannya terletak di seberang Lembaga Pemasyarakatan Palembang, orang-orang disana biasa menyebut daerah Pakjo. Bangunannya berbentuk rumah dan terdapat pondokan-pondokan yang terbuat dari gubuk untuk pengunjung yang senang lesehan. Restoran itu bernama Pindang Meranjat Bu Nida. Menu andalannya tentu saja ikan pindang. Kata Meranjat menurut teman saya berasal dari suatu daerah di Sumatera Selatan. Selain Pindang Meranjat, terdapat juga Pindang Mura, Pindang Muba dan lainnya, yang mewakili daerah masing-masing. Terdapat pilihan menu, ada pindang ikan baung, ikan pepes bumbu tempoyak, ikan saluang (ikan kecil menyerupai teri digoreng kering), yang suka daging-dagingan juga tersedia pindang tulang, yakni daging iga sapi dengan kuah pindang. Harganya juga relatif bersahabat. Untuk semangkuk ikan pindang patin berkisar Rp 12.000.  Teman saya memesan ikan pindang dan pepes tempoyak. [caption id="attachment_194581" align="aligncenter" width="580" caption="Pepes Ikan Patin Tempoyak "]

1342496741407267031

[/caption] Wait, pepes. Seumur-umur saya tidak pernah suka dengan  pepes. Mau itu dibuat oleh ibu, nenek, saudara, tetangga, pembantu ataupun di restoran terkenal sekalipun saya tidak pernah menyentuhnya. Namun teman saya bersikeras memesannya. 15 menit menunggu, pesanan makanan datang. Ikan pindang patin, ikan pepes tempoyak, lalapan, nasi hangat, tempe goreng tepung, es jeruk dan tidak ketinggalan sambal mangga tersaji di meja. Ikan pindang patin disajikan dengan mangkuk berisikan kuah pindang yang masih panas. Pepes tempoyak disajikan dalam bungkusan daun pisang. Mari menyantap. Dahsyat!! Itulah kata pertama yang terucap. Daging ikan patin yang lunak dipadu dengan kuah pindang yang pedas dan asam, berisi potongan nanas dan daun kemangi, terasa menggoyang lidah. Untuk kuah pindang, sekilas mengingatkan saya dengan rasa sayur asem. Dipadu dengan buliran nasi hangat yang pulen dan  sambal mangga merupakan kombinasi yang sempurna membuat nafsu makan menggila. Catatan plus untuk sambal mangganya, perpaduan yang pas dari rasa asam  mangga muda dan pedasnya cabe merupakan kombinasi yang pas untuk ikan pindang ini. Rasanya juga khas banget. Ditambah juga memang jenis sambal ini juga jarang ditemui di restoran-restoran Jakarta (sebenarnya sih tidak ada yang seenak ini hehe..) Beralih ke menu berikutnya, ikan patin pepes bumbu tempoyak. Tempoyak sendiri adalah resep khas Palembang yang berbumbu dasar buah durian. Jujur, ini adalah pertamakali saya merasakan makanan di-pepes. Dari kecil saya memang sangat menghindari masakan ini. Entah kenapa tidak ada dorongan untuk mencobanya, mungkin karena bentuknya yang tidak lazim. It's really shocking!! Ternyata rasa pepes ini berbeda dengan saya bayangkan. Rasa asam mendominasi rasa, ditambah dengan rasa manis, pedas dan aroma durian yang samar-samar tercium sukses menghinoptis saya untuk mengambil centong nasi untuk kedua kalinya. "Lemak nian!" kata teman saya yang berarti enak sekali dalam bahasa Palembang. Overall, tidak rugi dan gak bakalan nyesel menikmati masakan khas Palembang yang satu ini. Rasanya yang nendang banget ditambah harga yang sangat bersahabat membuat saya pasti balik ke restoran ini apabila datang kembali ke Palembang. Sekadar tambahan, penulis sudah mencoba beberapa restoran ikan pindang di Palembang dari yang mahal hingga yang murah. Sangat rekomendasi untuk resto Pindang Meranjat Bu Nida ini. Dua jempol untuk kuah pindang dan sambal mangganya. Lemak nian! Sikok lagi yuk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline