Lihat ke Halaman Asli

Tabloit Bola: Blatter Nyinyir

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Blatter Nyinyir begitu salah satu sub judul dari salah satu artikel di tabloi BOLA  edisi 2.442.  Judul yang aneh pikir saya.  Kata nyinyir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti mengulang - ulang perintah atau juga bisa berarti cerewet. Lalu dalam hal apa Blatter ketua FIFA itu bisa dikatakan cerewet atau mengulang - ulang perintah?

Setelah membaca lebih lanjut, tabloit itu memuat kutipan pernyataan Blatter yang berbunyi "Anda bisa membayangkan mereka memiliki dua federasi sepak bola, dan memiliki liga yang bagus, tapi pemain tak bisa membela timnas!" Apakah kutipan ini yang dimaksud dengan nyiyir? Kalau memang iya, dimana letak nyiyirnya ( baca : perintah berulang - ulang atau cerewet )?  Setahu saya Blatter tidak banyak memberikan pernyataan dalam hal persepak bolaan kita,  bahkan cenderung pelit. Kalau dia memang cukup cerewet pastilah  pernyataan - pernyataannya akan selalu memenuhi kabar di media masa, sebab kita tahu betapa pentingnya posisi dia dalam hal FIFA membuat keputusan. Tapi baik juga kalau kita membandingkan dengan Rita Subowo, Tono Suratman, Joko Pekik  atau yang lainnya anggota tim yang dibentuk menpora itu. Seberapa sering mereka membuat pernyataan tentang kisruh dunia sepak bola kita? Coba bandingkan siapa yang lebih tepat dikatakan nyinyir?

Sangat disayangkan saja!  Media olah raga sekaliber Tabloit BOLA pastinya tidak asal dalam memilih kata, walaupun itu 'hanya' sub judul. Atau ini sebuah kesadaran dan kesengajaan yang mencerminkan pilihan sikapnya?

Dalam hal pemberitaan konflik dunia persepakbolaan di tanah air, saya salut dengan Kompas. Media ini begitu hati - hati dan konsisten dalam pemberitaan. Di tengah kebingungan yang menyelimuti masyarakat oleh karena simpang siurnya berita, Kompas tetap memilih memberitakan PSSI dari kepengurusan yang diakui oleh FIFA.  Ini terlihat jelas saat persiapan menjelang Piala AFF yang lalu.  Kompas  konsisten memilih memberitakan timnas yang dilatih Nil Maizar dan mengabaikan yang lain.  Menurut saya KOMPAS memang layak menjadi kompas!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline