Pagi-pagi sekali bapak mau pergi ikut kakak ke rumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah kami. Bapak sudah rapi dengan bajunya yang lama, sudah lama bapak tidak memakai baju kemeja yang dahulu selalu dimasukkannya. pada pagi hari itu ia mengenakannya kembali bapak sangat rapi dengan baju kemeja dimasukkan pakai celana panjang yang biasa ia kenakan dan tidak lupa tali pinggang yang selalu melekat pada tubuhnya.
Mukanya yang berseri melihatku entah kenapa aku tidak mau melihatnya lama-lama seperti ada yang menusuk jantungku pada saat itu tapi aku tidak boleh terlihat sedih di depan bapak aku harus semangat demi bapak aku tidak mau bapak sedih karena yang ku lihat pada pagi hari itu bapak sangat senang.
Sebelum mereka berangkat bapak berpesan kepada ku. "adek dirumah aja ya jaga ibu, sehat-sehat ya jangan sakit lagi bapak pergi dulu" ucapnya dengan suara yang lirih.
Sejujurnya aku menyesal kenapa aku tidak memeluknya ketika bapak mau pergi. Pada saat bapak pergi pagi itu aku tidur lagi sampai aku terbangun saat mendengar kakak dan ibuku sudah menangis sambil melihat hp aku penasaran dan saat aku lihat bapak sudah tidak sadarkan diri dengan alat-alat medis yang sudah melekat ditubuhnya suaranya pun terputus-putus aku tidak sanggup melihatnya dan mulai menjauh dari kakak dan ibuku.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang tak berapa lama saudaraku yang di kampung datang rombongan ke rumahku saat itu langit mendung menandakan hujan sebentar lagi akan turun hingga suara handphone ibuku berdering ternyata kakak pertama ku menelpon.
"halo, ibu bantu doa ya bapak sudah susah nafasnya" ujar kakak pertama ku sambil menangis.
"iya kak ibu dirumah dari tadi berdoa buat kesembuhan bapak". ibu yang sudah lemas hanya bisa menangis sambil berdoa.
Hari sudah sore suasana dirumah saat itu tiba-tiba mendadak menjadi tegang semua orang diam dan berdoa untuk kesembuhan bapak.
"kak susul bapak ke rumah sakit ya kasihan kakak disana jaga sendirian dia pasti bingung" kata ibuku yang menyuruh kakak kedua ku berangkat kerumah sakit.
Tanpa berpikir panjang kakak kedua ku pun pergi menyusul kakak dan bapak ke rumah sakit.
Entah kenapa perasaanku sore itu tidak enak aku gelisah terus, sampai tak lama handphone ibu berdering lagi ternyata kakak pertama ku yang menelpon.