Lihat ke Halaman Asli

Tahukah Anda dengan Terowongan Kereta Api Lampegan?

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13679340042085853390

Terowongan kereta api yang mempunyai panjang 687 m ini di bangun pada tahun 1879 sampai 1882. wah tua banget ya?.. yuk.. dengar ceritanya... Pintu Terowong Sebelah Timur. Hari Senin Jam 11 Am Tanggal 06 MEI 2013 Kami berempat memberanikan diri menyusuri terowong tersebut di mulai dari pintu terowong sebelah barat.  dalam terowong sekitar 100 m dari barat, udara di dalam terowong tersebut terasa nyeyap senyap, dingin,, dan cukup membuat hati kami semua merasa seram.

136793450262977217

Entah dari mana nama LAMPEGAN ini yang pasti Terowongan Lampegan dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) dan dibangun pada pada periode 1879 - 1882. Namun ada beberapa spekulasi sejarah yang diantaranya : Nama LAMPEGAN di ambil dari bahasa percakapan orang Belanda ketika kereta api memasuki terowongan, yaitu 'Lamp a gan' yang berarti nyalakan lampu

136793562671960157

Terowongan Lampegan adalah sebuah terowongan kereta api yang berlokasi di perbatasan Kampung Lampegan dan Kampung Cikareo Kecamatan Cireunghas. Terowongan ini, menjadi salah satu penyebab tak beroperasinya kereta jurusan Sukabumi-Bandung selama satu dasawarsa terakhir. Lalu seperti apa kondisi terowongan hingga dituding sebagai penyebab terhentinya moda transportasi paling merakyat itu ?

1367935732514850640

DI Hari yang cerah kemarin, beberapa warga Kampung Lampegan duduk berkumpul di rumah Suparta (78) yang dikenal sebagai sesepuh di kampung tersebut. Sembari berkumpul mereka berbagi cerita mengenai terowongan yang disebut-sebut memiliki banyak kisah dan keunikan hingga dicap sebagai penyebab macetnya kereta Sukabumi-Bandung.

136793584548550326

Menurut Suparta, terowongan Lampegan yang berlokasi antara perbatasan Kampung lampegan dan Kampung Cikareo Cireunghas berdiri sejak sekitar tahun 1880. Menurut cerita orang dahulu, terowongan itu diresmikan salah satu pembesar Belanda. Awalnya, terowongan ini dimaksudkan untuk mengangkut kopi, palawija dan rempah-rempah dari Sukabumi menuju Cianjur. Setelah beberapa tahun, terowongan ini diperbaiki dan direnovasi sekitar tahun 1980-an dan terakhir pada tahun 2010.

Hal itu dilakukan setelah terjadi longsor sekitar tahun 2002 lalu. Nah karena sering longsor di dalam terowongan, maka kereta jurusan Sukabumi-Bandung lumpuh dan tak bisa beroperasi,”

Kemudian seorang kepala Stasiun Gandasoli Saripudin menuturkan, seingatnya, selama ia bekerja terowongan tersebut pernah dilakukan renovasi hanya satu kali sebelum terjadi longsor di bulan Januari 2002 lalu. “Dan kejadian itu tengah melumpuhkan operasi kereta hingga sekarang,” akunya.

Meskipun saat ini terowongan sudah direnovasi akan tetapi sampai saat ini kereta Sukabumi-Bandung belum ‘berani’ melintas kembali. Salah satunya penyebabnya ialah status terowongan tersebut yang masih dalam pengawasan. “Dikhawatirkan terjadi longsor ditengah terowongan tersebut. Sebab terowongan ini cukup panjang yakni sekitar 687 meter dan usianya pun sudah terlalu tua, CERITA MITOS Entah ini hanya mitos ataupun Sejarah, namun hal ini Tidak kalah menariknya untuk di ceritakan yakni cerita mistik Nyi Ronggeng Sadea. Cerita raibnya Nyi Ronggeng Sadea secara turun menurun hingga kini terus berkembang dimasyarakat sekitar Kamp Lampegan, Desa Cibokor Kec. Cibeber, Cianjur. Diceritakan pada tahun 1882 Terowongan Lampegan selesai dibangun, untuk menghibur pejabat Belanda dan menak-menak Priangan, diundang Nyi Sadea, seorang ronggeng terkenal waktu itu. Usai pertunjukan, menjelang dinihari Nyi Sadea diantar pulang oleh seorang pria melalui terowongan yang baru diresmikan. Sejak itu Nyi Sadea hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Masyarakat kemudian hanya memercayai dongengan bahwa Nyi Sadea telah “diperistri” oleh “penghuni” terowongan tersebut. Wallahu a’lamsebetulnya hanya nilai historinya saja yang patut kita lestarikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline