Ya, tampaknya RUU yang lagi marak di bahas di berbagai media ini memang berindikasi ke arah perlindungan perempuan yang berarti lagi, para pelakunya adalah lelaki bule yang menikahi perempuan Indonesia. Beritanya masih simpang siur, namanya juga baru di bahas. Yang pertama, apakah hanya laki -laki bule yang menikahi perempuan Indonesia saja (meniru praktek di negara Mesir) atau berlaku linier bagi perempuan bule yang menikahi laki -laki Indonesia juga?. Kemudian, dari kapan di berlakukannya peraturan tersebut apabila berhasil di loloskan? apakah dari pernikahan sejak 20 tahun silam atau sejak UU tersebut di berlakukan?. Rasanya -rasanya akan banyak eksodus perempuan Indonesia yang berganti kewarganegaraan, dan bukannya secara mudah menikah seperti yang sudah -sudah di negara sendiri, malah mereka akan cari cara menikah di luar negeri tanpa melaporkan pernikahannya di dalam negeri dengan tujuan kemudian hidup di luar negeri dan berganti warga negara ( kok jadi paranoid gitu deh). Atau kalau yang benar - benar berani, ambil saja hidup bermitra ( okelah, saya tidak suka frase ini : kumpul kebo). Kalau yang mau bayar 500 juta, tentu silahkan saja. Tapi dengan kultur Indonesia, angka 500 juta dan adopsi budaya arab tersebut, sama sekali tidak masuk akal.
Saya sedang malas bicara teori sosiologi mengapa akhirnya pemerintah Indonesia ( yang saya anggap patriarkal sifatnya) sampai mencetuskan ide ini. Lagi pula, kasak -kusuknya sebenarnya sudah saya dengar sejak 4 tahun silam. Hanya saja, sekarang baru masuk dapur pembahasan. Di lain pihak, memang benar, ada kecenderungan peningkatan statistik sampai 800% untuk pernikahan campuran antara laki -laki barat dengan perempuan Asia (lagi -lagi ini Helen Fisher yang bilang).
Ah, saya sedang tidak ingin bicara yang njelimet-njelimet sekarang. Perbedaan budaya saja sudah sulit bagi laki -laki barat yang notabene kaku itu untuk beradaptasi, di tambah lagi dengan aturan administrasi yang diragukan niat baiknya ini?. Habislah kau para Bule (dan pecinta Bule? meniru frase milik Julia Perez)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H