Telepon genggamku berdering memunculkan namanya di layar.
“Sebentar, aku dah siap kok, kamu tunggu di teras aja.” sambutku ceria.
“Sayang, maaf kayaknya kita nggak jadi ke pantai, kita ke gunung aja ya!” ajaknya.
“Nggak. Aku dah packing bikini ama snorkel.” sergahku. “Kamu bilang kita bakal ke Pulau Seribu kan?”
“Mmm.. ternyata si Aga udah janjiin Indah untuk kemping di gunung long wiken ini” kilahnya.
“Apa urusannya ama Aga? Kita kan ga harus bareng mereka.” nada suaraku mulai meninggi.
“Mobilku dipake Kak Ia, kita bakal semobil ama mereka.” jawabnya dengan nada lemah.
“Kita sewa mobil sendiri, atau pakai angkutan umum aja.” ujarku kesal. “Kamu tau nggak sih, bawaanku nggak nyambung sama sekali ama gunung. Bakal kedinginan lah aku pake celana pendek ama tank top.”
“Jangan lah Sayang, bagusan juga kamu ganti baju, trus packing ulang. Masih ada waktu, Aga masih on the way dari rumah Indah.” bujuknya.
Aku mendengus kesal, lalu menutup sambungan telepon.
---
ditulis pada pertemuan Reading Lights Writer's Circle 24 Maret 2012 dengan tema
" dialog antara dua karakter berkonflik yang saling menyatakan ketidaksetujuan "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H