Lihat ke Halaman Asli

Frekuensi Rahasia

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rintik gerimis mulai berganti butiran air hujan. Lapisan embun mulai menyelimuti kaca depan. Sesekali kedua batang wiper menyapu titik-titik air. Aku merapatkan jaket; dia memutar pengatur suhu kekiri. Kami berdua menatap kosong pada tetesan air hujan, masih tak mau mempercayai perpisahan ini. Suara musik mengisi keheningan ini.

Ingatanku melayang ke delapan tahun yang lalu, saat seorang teman baikku mengidolakannya. Sebagai sahabat yang baik, tentunya aku memilih mundur teratur, memendam rasa dalam hati. Hari berlalu, mereka tak kunjung bersatu. Ada penghalang diantara mereka; penghalang yang sama jika aku berada pada posisi teman baikku. Kami pun tetap hanya menjadi teman biasa, sampai beberapa bulan yang lalu. Beberapa kali aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Meja kedai kopi menyatukan kami untuk sekedar mengobrol atau bertukar cerita. Beberapa minggu terakhir, hampir setiap malam kami menghabiskan waktu bersama.

Penunjuk waktu di pemutar musik menunjukkan bahwa sekarang sudah lewat tengah malam. Dia berdeham memecah keheningan pada jeda antar lagu. Kutunggu dia bicara, tapi tak ada satupun kata keluar dari mulutnya. Ya, kami tak perlu kata-kata. Mengucapkan selamat tinggal tak ada artinya, kalau lain waktu kami masih akan bertemu lagi. Bukankah itu akan menjadi sesuatu yang indah?

Kurasa dia dapat menangkap apa yang kuucapkan dalam hati. Ada frekuensi rahasia diantara kami. Hati kami mengobrol dalam diam, mengulang semua kenangan. Ya, kenangan yang seberapapun ingin segera kulupakan, akan selalu tertancap di pikiran. Kukirim sebuah pesan ke hatinya: kalaupun kita berpisah nanti, kamu tetap ada disini, di hatiku.

Aku tersenyum, meskipun pipiku hangat oleh aliran airmata. Dia meraih daguku, menghapus airmata itu dengan ibu jarinya. Dia memelukku erat. Ya, hatinya mendengar apa yang kuucapkan. Kami tak perlu kata-kata. Ada frekuensi rahasia diantara hati kami. Lain waktu kami masih akan bertemu lagi. Hati kami saling berkirim pesan: I love you.

Ditulis pada pertemuan Reading Lights Writers Circle 28 Januari 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline