Lihat ke Halaman Asli

Pemberdayaan Tanaman Bakau Kampoeng Kepiting WanasariTuban Bali

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dua hari yang lalu tgl 14 Mei 2014 ,  , kami berkesempatan mengunjungi kampoeng kepiting wanasari Tuban Bali  di mana kami sudah ada janji sebelumnya dengan seorang pengelola Kampoeng dan juga ketua persatuan Nelayan Wanasari Tuban. Bali .

Sebelum kami sampai di sana , kami sempat berpikir, lokasinya pasti indah ya  dan ternyata benar , begitu kami memasuki areal yang cukup lebat dan asri karena ditumbuhi pohon bakau atau mangrove, kami  berjalan kaki menyusuri tangga yang terbuat dari bambu sekitar 75 meter guna memasuki ke lokasi hutan bakau yang luasnya kurang lebih 10 hektar tersebut. "Ada keistimewaan di sini, para pengunjung bisa menikmati pemandangan darat, laut, dan udara sekeligus," ujar  pengelola Kampoeng Kepiting, Made Sumasa, di Tuban , kabupaten Badung, Bali, saat menemui kami hari itu .

Pak Made menjelaskan sejarah singkat kenapa sejak tahun 2009 lalu , Ia memprakarsai gagasan pembentukan kampoeng Kepiting Wanasari Tuban di kabupaten Badung Bali . "Seiring dengan kehidupan para nelayan yang tidak menentu  di Tuban yang mengandalkan kehidupan mereka dari hasil tangkapan laut mereka  , kami sekeluarga mengajak sekitar 98 keluarga nelayan di sana untuk mendirikan wadah Wanasari , dimana ia menjelaskan wana yang berarti hutan dan sari yang berarti kehidupan di sekliling kita. " Ujar Pak Made yang istrinya, Kadek Sulasmi,  yang dengan setia membantu dan mendampingnya dalam perjuangan merealisasikan impian para keluarga nelayan Tuban, Bali .

" Dari pada kami berpikir negatif untuk demo soal pembangunan jalan tol , lebih baik kami berpikir positif dan memanfaatkan dan membudidaykan kepiting di  hutan bakau yang ada di bawah jalan tol tersebut ," imbuh Pak Made.  Namun upaya mereka , karena terebntur sumberdaya ekonomi, gagsan tersebut baru bisa terealisir pada bulan Desember lalu berkat swadaya 90 keluarga nelayan dan bantuan program CSR dari PERTAMINA  dan sekarang baru 55 persenterselesaikan dari proyek yang mereka rencanakan  Mereka masih ingin membangun  panggung terapung atau floating stage untuk menyelenggarakan pentas tarian bagi para pengunjung kampoeng Kepiting Wanasari .

Pada saat air pasang, kita bisa menikmati pemandangan perairan di sekitar jalan tol yang  begitu memukau terlebih menjelang senja.  Dan saat bersantai di setiap gazebo sembari bercengkrama bersama keluarga sesekali hampir kurang dari satu menit bisa melihat dengan jelas ketika pesawat hendak mendarat di bandara.

Destinasi wisata khusus ini dirintis oleh kurang lebih 98 nelayan di Tuban pada akhir tahun 2013 itu, kehadirannya tak lepas dari keberadaan jalan tol. Lantaran, nelayan setempat mulai kesulitan melaut karena jarak tangkapnya berkurang agar tetap bisa bertahan mereka kemudian mengembangkan kawasan pesisir di kawasan hutan mangrove.

Pada kesempatan itu juga  pak Made serta istrinya menjelaskan ternyata tanaman bakau ,yang dulu banyak dianggap oleh kebanyakan orang sebagai limbah ,bisa dikelola untuk menciptakan nilai ekonomis  dan nilai tambha bagi masyarakat , khususnya masyarakat nelayan setempat Tuban Kabupaten Badung .  Tanaman bakau bisa dikelola menjadi bahan makanan yang nantinya tereserah kita mau diproses lebih lanjut menjadi makanan apa yang kita anggap memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Tanaman bakau juga bisa dijadikan minuman , oleh karena itu mereka dengan bangga memeprkenalkan jus tanaman bakau atau mangrove juice , yang mana prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan jus buah lainnya. " Kita harus memproses tanaman ini dengan hati agar hasilnya bisa lebih banyak ," ujar bu Kadek Sulasmi di sela sela kami menikmati santap siang berupa kepiting dari hasil pembudidayaan di kawasan hutan bakau tersebut .  Dan masih banyak lagi yang kita bisa kelola dengan tanaman bakau agar memebrikan nilai ekonomi/ Sejauh ini para keluarga nelayan merasa sangat terbantu dengan kehadiran kampeong kepiting ini karena bisa melibatkan sekitar 500 warga di Tuban kabupaten bandung Bali . Tak mengherankan apabila pak Made Sumasa  dan para pengurus  Kampoeng Kepiting wanasari yang melakukan ekonomi kreatif dengan meciptakan nilai tambha bagi para warga setempat serta memberikan inspirasi bagi para nelayan dan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan bakau , dinominasikan sebagai Pahlawan untuk Indonesia  yang ditayangkan oleh MNCtv hari Kamis tanggal 16 Mei 2014. Pak Made juga menyampaikan harapannya agar pemerintah dareah kabupaten Badung dan pemerintah provinsi Bali serta pihak swasta bisa memberikan bantuan meskipun tidak harus  berupa dana , melainkan pelatihan , pemberian izin kepada mereka agar segala upaya bisa dijadikan suatu usaha yang berkesinambungan dan juga diwariskan kepada nakan cucu mereka

"Pengunjung sembari menunggu pesanan makanan datang, bisa menjelajahi areal hutan mangroves sebagai tempat budidaya kepiting," tambah pak Made Sumasa, yang juga Ketua Kelompok Nelayan Wana Sari Tuban. Beberapa kuliner yang bisa disantap pengunjung, seperti "kepiting tol bergoyang", ikan bakar, sup kepala ikan, ayam goreng, maupun nasi goreng bumbu bali. @translatorbali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline