Lihat ke Halaman Asli

Istana Bintang

Diperbarui: 20 Juli 2015   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Setahun ini, hampir setiap hari kau dan aku duduk di ujung dermaga hanya untuk memandang hamparan bintang. Seakan tak pernah lelah mata memandang kelap kelip kecil di langit. Tempat itu kita beri nama Istana Bintang.

Di tempat ini juga pertama kalinya aku bertemu denganmu, pertama kali ku lihat kau duduk sendiri dengan wajah yang datar, seakan hidupmu tidak berwarna. Sama seperti hidupku sebelum bertemu denganmu.

Sudah setahun itu juga aku mengenalmu, berbagi cerita suka duka, menangis tertawa bersama. Setahun itu pula kau mewarnai hati, menjadi kawan yang baik, sahabat yang bijak, pacar yang sangat manis. Bersamamu semua masalah seakan menemui jalan yang mudah, semua kesedihan yang datang seakan hilang saat pelan-pelan kau ucap “It’s ok baby, don’t worry. God & me with you” kau tahu kapan saatnya menggenggam tanganku begitu erat, kau tahu kapan aku marah untuk hal-hal kecil yang buatku cemburu. Indah. Semuanya indah saat kau bersamaku. Seperti Tuhan mengirimkan kado termanis buatku.

Namun terkadang saat memandang jauh kedalam matamu, kutemukan perbedaan kita, ku temukan betapa sulitnya kita bisa bersama, ku temukan seakan cerita kita tak akan pernah sempurna. Kau dan aku berbeda. Dan kusadari perbedaan itu. Hubungan kita tak punya arah, hubungan kita tak punya tujuan, hubungan kita….hubungan kita…. hubungan kita…. Yah hubungan kita, hubungan yang memilukan.

Kau mencintaiku dan aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, namun kau dan aku sangat sadar kalau kita begitu sulit untuk duduk berdua di atas pelaminan. “Kenapa?” yah kenapa”

Pertanyaan itu sudah sering ku pertanyakan padamu, pada diriku sendiri, dan kepada Tuhanku “Kenapa?”

“I love you so much baby, believe me but…….. I’am an Immgrant. Pleas tell me, what should I do?”

Bukankah ini sangat berat kawan?, ketika kau mencintai seseorang dan kau tahu dia tak mampu menyelesaikan cerita cinta, mengakhiri perjalanan mencari cinta, entah di waktu yang mana kami bisa bertemu lagi, entah di kisah yang mana kami bisa menjadi seperti kekasih yang sewajarnya, entah di kehidupan yang mana dia aku bisa menjadi KITA.

Terkadang aku duduk dalam panjang doaku saat sepertiga malam membelah waktu, saat semua orang terlelap dengan mimpi indahnya. Aku bercapap pada pemilik Cinta, pemilik nafas, pemilik segalanya yang ada di bumi ini. “Yah Tuhan, sesungguhnya matiku, hidupku, ibadahku ada di jalan nafasmu, jika semua arah hidupku tertuju padaMU maka apa yang harus aku lakukan saat KAU anugrahkan cinta namun tidak bisa ku miliki?” Aku percaya tak ada yang tak mungkin bagiMU jika KAU menghendaki segalanya, karena itu ku simpan cerita ini sendiri”

Jika akal manusia tak sampai pada apa yang dia lihat, tapi aku percaya kekuatan Tuhan lebih dari apa yang bisa manusia lihat.

“Pleas tell me, what should I do?” jika pertanyaan itu muncul, rasa sesak didadaku begitu sakit, karena akupun tak pernah tahu apa yang harus aku dan kamu lakukan untuk semua hubungan yang rumit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline