Lihat ke Halaman Asli

Jutaan Cerita Cinta di Langit Jakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jutaan Cerita Cinta Di Langit Jakarta

“Dia, bukan anakku. Jadi jangan paksa aku untuk sayang dengan anak itu”

“Kalau kamu tidak bisa mencintai dia, ceraikan aku”

“Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu dan sampai aku meninggal sekalipun, aku tidak akan pernah sayang dengan anak itu”

***

Jakarta memang kota yang tak pernah tidur, sorotan gemerlap lampu di tiap sudut jalan, hiruk pikuk arus lalu lintas yang seakan tak pernah putus dan tentunya wanita malam yang cantik. Keindahan Jakarta dapat di temui saat malam semakin larut, saat langit semakin pekat dan udara semakin menembus pori-pori kulit. Aku masih menikmati segelas seloki minuman yang sedikit membuat tubuhku merasa ringan tanpa beban. Lampu pub yang gemerlap dan musik remix yang membangkitkan gairah untuk berdance di tengah keramain, ku isap kembali rokok di tanganku dan menikmati tiap tetes minuman yang telah ku pesan sambil memeluk wanita yang silih berganti datang padaku. Aku cumbu mereka di depan keramaian tanpa rasa malu dan mengajaknya berkencan menghabiskan malam.

Tiap malam ku lewatkan waktuku di pub yang berbeda di Jakarta, dan tiap malam pula aku menjadi tamu di hotel-hotel Jakarta dan tentunya membawa wanita cantik yang berbeda.

Hanya itu yang dapat membuatku merasa di butuhkan orang lain, di butuhkan wanita malam yang menjajahkan kecantikan tubuhnya demi rupiah. Telah ku datangi begitu banyak tempat hanya untuk mencari keramaian. Yah,  hanya untuk mencari keramaian. Aku merasa sendiri meski tiap malam aku berada di tengah kerumunan manusia yang gila akan dunia. Namun tetap ku temukan diriku sendiri dalam sepi.

***

28 Februari, hari ini adalah ulang tahun bunda. Sebelum jarum jam duduk manis pada angka dua belas, ku persiapakan party kecil buat bunda dihalaman belakang rumah, tepat di dekat kolam renang tempat favorit bunda menikmati senja sore. Minah, pembantu rumahku juga ikut membantu menyalakan lampion dan taburan bunga mawar putih di atas air kolam renang yang ku tulis Happy Birthday Bunda dan di sekeliling kolam renang ku pasang lilin kecil beraroma terapi untuk menciptakan kesan eksotik dengan alam.

Inilah saatnya, angka jarum jam telah menunjukkan pertengahan malam. Aku perlahan-lahan berjalan membawa kue ulang tahun mendekati kamar tidurnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline