Lihat ke Halaman Asli

Konversi Keyakinan

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ikut nimbrung soal agama dan benturan antar keyakinan  di indonesia, sedikit pandangan pribadi ingin saya sharing.

Langsung ke poin masalah, salah satunya terkait konversi agama. Saya kira persoalan konversi ini sebenarnya lebih sebagai masalah intern dari individu serta komunitas agama itu sendiri, bukan karena faktor dari luar. Saya tidak bermaksud menafikan faktor x tersebut, tapi saya lebih melihat suatu masalah itu tidak akan ada kalau tidak mulai dari dalam terlebih dahulu.

kenapa sih keimanan kok dibentrokkan dengan jalan kekerasan?? bukankah iman itu dari hati ke hati?? lah, iman kok dipaksa?! ini sistem dakwah era peradaban gelap masih dipake aja.... :|

kalau misalnya ada "pemaksaan iman", sebenarnya pemaksaan iman itu gimana sih?
apa bentuk bantuan sosial masuk pemaksaan? apa ngasih sekardus Mie Instan masuk kategori itu? menurutku itu ya cuma satu bentuk alat dakwah, bukan pemaksaan. dan tiap agama pasti ngelakuin dakwah dengan model kayak gini. nggak mungkin kan membatasi alat dakwah cuma pake satu model saja ?!

nah, masalahnya, orang yang konversi agama alias murtad dengan sendirinya apa bisa dikategorikan kejahatan? apa orang yang pindah agama atau iman (maaf, misalanya setelah dapat sembako) itu Apa masuk domain kriminal?

setiap agama dengan para dai atau misionarisnya harusnyabisa saingan yang sehat dong. Fairplay! gak usah jadi pada phobia banget sama agama lain -apalagi sama hal2 yang ndak ada kaitannya sama agama secara langsung. soal dakwah, misalnya ada unsur pemerasan, ancaman kekerasan, pelanggaran HAM, dst... ya mbok monggo laporin ke polisi langsung. kalau ndak, ya balik lagi ke tanggung jawab pribadi dan komunitas.

saya rasa kita terlalu takut –kalau tidak mau disebut lemah iman-, terhadap pihak-pihak di luar komunitas kita. Dengan sendirinya ini kan nunjukin kalo selama ini dakwah/mision dan penyebaran agama kita sebenarnya kurang mantab. Bahkan mungkin juga bermasalah!

kalau selama ini elit-elit agama A misalnya dakwahnya lebih fokus di tingkat atas, terutama ngurus kekuasaan, dan kurang sensitif terhadap masalah sosial dan problem keseharian umatnya, lalu kemudian ada agama B yang dakwahnya lebih fokus pada hal-hal yg kedua tadi, saya kira otomatis umat kan lebih milih yang praktis. ini saya rasa udah hukum kausalitas loh.

belajar dari Rosulullah saw. dulu ketika orang-orang elit arab tidak punya perhatian sama berbagai masalah sosial, tidak merhatiin rakyat kecil, bahkan malah menindas mereka... kemudian datang nabi yang akhirnya ngambil dan  nghandle masalah tersebut dengan membela kepentingan mereka, maka rakyat banyak yang simpati sama Beliau. akhirnya merekapun masuk Islam dan benar2 "pasrah", "rela", "tunduk" sama agama baru itu. itu tanpa perang loh. nggak ada yang namanya pemaksaan agama atau penyebaran pake kekuasaan. tapi mereka sadar dan iklas masuk agama yang dibawa nabi dengan sendirinya. Karena apa itu?? saya pikir, kalau bukan metode dan substansi yang benar dari ajaran nabi saw, apalagi yang bisa menakhlukkan hati banyak manusia? Nothing !

terus, kenapa sekarang terbalik? agama kayak jadi tembok berlin yang misahin jerman barat dan jerman timur? ngurung pemeluknya gak boleh keluar dari sarangnya, nggak boleh nyapa tetangga, teposliro, tenggang roso !! apa ini nggak nunjukin kalo komunitas yang kayak gini sebenarnya lemah dari dalam??

Saya ndak tahu buat apa keimanan kita kalo kayak gini. Iman yang terpaksa ataupun memaksa. Iman macam apa itu? Saya cuma yakin haqqul yakin, agama itu timbul dari iman dan iman timbul dari hati yang mantabbb !!

menurut Anda??

*Maaf,  kalau bahasanya terlalu kasar. Pikiran lagi bersemangat tapi mata sudah ngantuk soalnya. J




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline