Lihat ke Halaman Asli

Vidion Widyantara

Mentor Bisnis

Mahalnya Sebuah Kehidupan

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu lalu saya menemani kakak ipar saya yang terpaksa harus masuk rumah sakit dan menerima transfusi darah karena HB nya drop, sehingga harus sesegera mungkin di transfusi sebelum semakin parah. Kakak saya harus menerima 4 kantung darah untuk menaikkan HB nya hingga normal.

Betapa kagetnya saya, ketika tahu bahwa sekantung darah dari PMI ternyata harganya lebih dari satu juta rupiah. Padahal jika darah tersebut saat di cek dan di screening tidak cocok, kita tetap harus membayar juga.

Sempat terpikir oleh saya, “Padahal kan pada saat kita mendonorkan darah lewat PMI, kita cuma dibayar dengan roti, telor dan susu ya.. hehehe”. Terdorong rasa penasaran, jadi saya tanya-tanya ama perawat di rumah sakit, yang kemudian menjelaskan pada saya tentang penyimpanan darah tersebut. Saya jadi tahu, bahwa ternyata tidak semua darah yang didonorkan itu bisa dipakai, selain itu biaya pemeriksaan dan penyimpanannya memakan biaya cukup besar. Dan darah-darah itu juga ada masa kadaluarsanya, sehingga jika sampai batas waktunya tidak dipakai, harus dibuang.

Saya juga kaget bahwa tempat kerja kakak saya, sekarang ini menerapkan kebijakan bahwa karyawan wanita sekarang sudah tidak diganti lagi biaya-biaya pengobatannya, karena dianggap sudah jadi tanggungan suami. Jujur aja, saya malah baru tahu bahwa sekarang ada kebijakan seperti itu di dunia kerja. Saya pikir semua karyawan pasti merasa aman karena biaya kesehatan selalu jadi tanggungan kantor.

Dari kejadian itu saya berpikir,.. betapa mahalnya ya sekarang biaya kesehatan, artinya biaya sebuah kehidupan juga semakin mahal saja. Jelas-jelas kita harus punya asuransi nih pikir saya,..

Tapi asuransi finansial rasanya tidak cukup deh,.. karena yang namanya orang sakit itu secara mental juga akan sangat terpengaruh, belum lagi keluarganya juga jadi ikutan kepikiran, baik secara finansial ataupun secara mental. Jadi seharusnya kita harus melakukan 3 hal paling mendasar :

1.Jaga kesehatan sebaik mungkin, salah satunya menerapkan pola hidup sehat, berolah raga dan minum suplemen dengan kualitas yang sangat baik. Karena jaman sekarang makanan saja rasanya tidak akan cukup memberikan nutrisi untuk tubuh kita. Banyak orang yang tahu soal pentingnya kesehatan, namun kenyataannya mereka tidak mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari, karena alasan sibuk dll.

2.Memiliki aset yang bisa memberikan kita pasif income, entah itu berupa properti, deposito ataupun berupa bisnis yang benar-benar tidak mengikat waktu kita. Tapi sebuah bisnis yang benar-benar bisa berjalan tanpa kehadiran kita.

3.Beli asuransi, untuk proteksi jika sewaktu-waktu kita terkena kecelakaan. :) (walaupun saya tidak jualan asuransi, tapi saya termasuk orang yang sadar dan beli asuransi)

Tapi yang lebih penting lagi adalah kita harus melakukan yang terbaik dalam hidup kita, mengembangkan potensi terbaik yang ada dalam diri kita juga,.. Karena apa yang akan kita wariskan sesungguhnya bukanlah harta, namun NILAI-NILAI KEHIDUPAN kita yang akan dipakai generasi anak cucu kita sebagai bekal mereka. Karakter kitalah yang akan mereka ingat.

Vidion W

@vidionw

www.trainingbisnis.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline