Ada salah satu fase dalam kehidupan seorang pria, menemukan sebuah band yang mampu merubah pola pikir dan cara pandangnya akan hidup lewat musik, lirik dan a whole package dari band tersebut dan akan terus menjadi fans dan pendengar setia, for the rest of his life. Seperti Oom saya yang sangat menggemari Guns 'N Roses. Dia punya kaset-kasetnya, VCD Livenya, kaos bergambar Axl Rose dan kalau ngga salah salah satu alasan dia dulu belajar memainkan gitar adalah karena Guns 'N Roses. Temen saya kuliah dulu lain lagi, dia juga penggemar G 'N R, pernah mengaku ke saya kalau waktu SD dia menangis waktu denger berita Guns 'N Roses bubar. Oh ya, jelas di juga cowok. : D
Hebatnya pengaruh sebuah band dan musiknya, hingga pada band-band tertentu akan mengalami keabadian nama dan karya karena akan diteruskan dari generasi ke generasi, seperti temen saya yang jatuh cinta sama The Beatles karena pengaruh ayahnya yang Beatlemania. Dan saya yakin temen saya ini akan menularkan kegemarannya akan The Beatles kepada anaknya nanti.
Saya sendiri pecinta berbagai macam jenis musik. Saya tidak membatasi diri harus mendengarkan musik ini atau musik itu. Asal easy listening aja. Dan easy listening bagi saya batasannya sangat luas. Ada kalanya saya dengerin band2 kontemporer semacam My Chemical Romance, Paramore, Vampire Weekend , kadang saya juga dengerin musik2 dari legenda2 seperti The Beates atau Led Zeppelin. Satu hari saya dengerin musik dari Inggris, seperti Keane, Lilly Allen atu mungkin OASIS, esok harinya saya akan dengerin dari musik2 dari Jepang seperti UVERworld, TM Revolution atau yang rada tradisional Yoshida Brothers. Saya sampai menamai folder-folder untuk file-file MP3 saya dengan judul lagu kebangsaan dari negara mana artis itu berasal. GOD SAVE THE QUEEN untuk artis atau band dari Inggris, KIMIGAYO untuk Jepang, STAR SPANGLED BANNER untuk Amerika dan jelas INDONESIA RAYA untuk artis2 Indonesia. Bayangkan jika saya menemukan artis2 menarik baru dari..let's say, Kenya atau Mogadishu, berapa banyak judul lagu kebangsaan yang harus saya hafalkan. : D
Namun seperti prolog saya, diantara semua artis dan band yang ada tersebut, yang menjadi satu-satunya band favorit saya dan akan selalu saya dengarkan tiap hari sepanjang hidup saya dan akan saya wariskan kedahsyatan musik mereka kepada generasi setelah saya adalah ARCTIC MONKEYS. Nama yang konyol ya? Tapi prestasi mereka tidak sekonyol nama mereka lho. Mereka adalah salah satu band yang pertama kali menemukan jalur kesuksesannya yang luar biasa lewat jalur internet, dan merubah cara berfikir eksekutif musik maupun musisi tentang bagaimana cara mempopulerkan karya musik. From Zero to Hero. Mereka sendiri mengaku tidak pernah berusaha untuk berpromosi, fans merekalah yang pertama kali mengupload karya2 mereka ke situs My Space dan kemudian seperti MLM, terjadi rangkaian file sharing yang membuat mereka terangkat di dunia musik indie. Yang mereka lakukan sebenarnya sederhana, cukup mengkopi lagu2 demo mereka ke dalam kepingan2 CD dan membaginya secara gratis ketika mereka manggung dari klab ke klab. Berkat kemurahan hati mereka ini fanbase mereka makin besar, dan untuk band yang waktu itu belum punya album, mereka adalah band yang luar biasa karena mampu membuat para penonton bernyanyi bersama setiap mereka manggung.
Arctic Monkeys di awal karir mereka
Arctic Monkeys berasal dari kota Sheffield, Inggris, kota yang sama dimana band2 lain seperti Pulp dan Deff Leppard berasal. Formasi awalnya adalah Alex Turner (Gitaris), Glyn Jones (Vokalis), Matt Helders (Drummer), Jamie Cook (Gitaris) dan Andy Nicholson (Bassist). Ketika akhirnya semuanya memutuskan untuk lebih serius, Glyn Jones memutuskan untuk keluar dari band karena dia ingin fokus ke kuliah. Posisi Vokalis kemudian diisi Alex Tuner yang juga memainkan gitar. Alex sendiri sebelumnya hanya ingin fokus bermain gitar, dia masih terlalu malu waktu itu untuk memegang Mic. Padahal anggota yang lain tahu dia punya suara yang hebat, juga bakat dalam mencipta lagu, mungkin pengaruh dari ayahnya yang seorang guru musik.
Domino Record, Indie label yang mempopulerkan Franz Ferdinand kemudian berhasil meminang Arctic Monkeys. Domino dipilih karena mereka menyukai konsep Do It Yourself-nya. Label ini dipimpin oleh Laurence Bell, yang punya gaya hidup sederhana, menggerakkan labelnya dari flatnya dan hanya mengontrak label sesuai selera pribadinya, bukan selera pasar.
Tak lama kemudian ditahun 2005 album pertama mereka "Whatever People Say I Am That's What I Am Not" pun dirilis. Album ini kemudian tercatat dalam sejarah inggris sebagai album perdana yang paling cepat terjual, karena mampu terjual 363,735 keping hanya dalam waktu 1 minggu!. Canggiiih!. Setelah prestasi ini, mereka menjalani tur yang padat yang membuat Andy Nicholson, bassist mereka mengalami kejenuhan akut dan memutuskan untuk keluar. Posisi bassist kemudian diisi oleh Nick O'Malley, yang sebelumnya telah sering membantu mereka sebagai Additional Player. Album perdana mereka ini oleh Majalah NME kemudian ditasbihkan sebagai Album Inggris Terbaik ke-5 Sepanjang Sejarah. Saya sendiri menasbihkan album ini sebagai Album Terbaik Sepanjang Masa. Hehehe.
Cover album Whatever People Say I Am That's What I Am Not. Key tracks: I Bet You Look Good on The Dance Floor, When Sun Goes Down, Certain Romance
Tahun 2007, album ke 2 mereka, " Favourite Worst Nightmare" dirilis, yang walaupun dari penjualan tidak sefenomenal penjualan album pertama, album ini mengokohkan posisi mereka sebagai salah satu band muda papan atas. Album ini juga menuai berbagai penghargaan dan pujian dari kritikus, dan puncaknya mereka menjadi Best British Band dan meraih Best British Album pada Brits Awards 2008. Seperti album pertama, album ini juga berisi lagu2 yang rata-rata bertempo cepat dan padat, dan berkat kejeniusan Alex Turner, lagu 2 ini dirangkai dengan lirik2 yang cerdas dan berisi. Yang berbeda adalah di album ini mereka lebih banyak bereksperimen dengan sound2 yang baru, dan Alex Turner sendiri secara brilliant memainkan instrumen Organ di lagu penutup album yang berjudul "505". Lagu ini secanggih "Certain Romance" yang juga menjadi lagu penutup di album perdana. Di era album kedua ini Arctic Monkeys juga sempat merilis Live DVD mereka "Arctic Monkeys at The Apollo" yang WAJIB TONTON!
Cover album Favourite Worst Nightmare. Key tracks : Teddy Picker, Flourescent Adolescent, 505
Tahun 2009, "HUMBUG", album ketiga mereka dirilis. Album ini di produseri Josh Homme, dan proses rekamannya sendiri dilakukan di Amerika. Album ini sangat berbeda dengan album-album mereka sebelumnya. Saya sendiri pada awalnya sedikit kecewa karena perbedaan yang drastis ini, namun setelah mendengarkannya dengan seksama, saya malah berbalik menjadi benar-benar jatuh cinta pada album ini! Hahaha...Alex Turner sendiri mengaku terpengaruh oleh Nick Cave, Jimi Hendix dan Cream ketika dalam proses pengerjaan HUMBUG. Album ini seperti album-album sebelumnya langsung menduduki peringgat pertama dalam tangga lagu Inggris ketika dirilis. Album ini menjadi wujud awal ekspansi mereka ke Amerika Serikat.
Cover album HUMBUG. Key tracks: Crying Lightning, Cornerstone, Fire and Thud
"SUCK IT AND SEE", album ke 4 mereka dirilis pada awal tahun 2011. Saya lagi-lagi jatuh cinta berat kepada Arctic Monkeys lewat album ini. Album ini lagi-lagi memiliki perbedaan2 yang drastis dari album mereka yang sebelumnya. Secara keseluruhan album ini benar-benar solid dan komplit. Album ini seperti 2 album pertama mereka diproduseri oleh James Ford, jenius yang juga memproduseri album "The Age of The Understatement" milik The Last Shadow Puppets, sebuah duet project antara Alex Turner dan Miles Kane dari band The Rascals. Dan, lagi-lagi album Suck it And See ini menempati posisi puncak tangga lagu seperti 3 album sebelumnya. Ini membuat Arctic Monkeys menjadi band kedua dalam sejarah Inggris sebagai band dengan 4 album yang menempati puncak tangga lagu Inggris secara berturut-turut. WOW!.
Cover album Suck it And See. Key tracks: She's Thunderstorms, Suck it And See, Love is a Laserquest
Arctic Monkeys bagi saya adalah band yang komplit. Mereka terus bergerak maju, terus bereksperimen dengan sound-sound dan gaya bermusik yang berbeda, membuka pintu2 kemungkinan baru untuk karya yang lebih baik. Itulah yang membuat mereka berbeda dari band-band lain yang sebelumnya saya ulik. Saya yakin mereka akan menjadi legenda, in fact, for me, they're already being a Legend. A Living Legend. Semoga setidaknya satu kali dalam kehidupan saya bisa menonton penampilan mereka secara live. Berikut adalah lirik salah satu lagu mereka dari album Suck it And See, Piledriver Waltz, Salah satu lirik favorit saya.
I etched the face of a stopwatchOn the back of a raindrop And did a swap for the sand in an hourglass. I heard the nun happy ending it sort of sounds like you’re leaving I heard the piledriver waltz, it woke me up this morning.
You look like you’ve been for breakfast at the heartbreak hotel Inside of a back booth by the pamphlets and the literature on how to lose. Your waitress was miserable and so was your food. If you’re gonna try and walk on water make sure you wear your comfortable shoes.
Mysteries flashing amber go green when you answer but the red on the rest of the questionnaire never changes. I heard the news that you’re trying to shoot me out of a cannon. I heard the piledriver waltz, it woke me up this morning.
You look like you’ve been for breakfast at the heartbreak hotel Inside of a back booth by the pamphlets and the literature on how to lose. Your waitress was miserable and so was your food. If you’re gonna try and walk on water make sure you wear your comfortable shoes.
Oh, piledriver.
Itulah sekelumit tentang band favorit saya sepanjang masa, Arctic Monkeys. Apa band favorit Anda yang akan Anda wariskan musiknya kepada anak-cucu Anda nanti?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H