Lihat ke Halaman Asli

Hiduplah Serba Pas-pasan

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak orang mengeluhkan kehidupannya yang pas-pasan, karena memang pada dasarnya manusia kebanyakan menginginkan segalanya serba lebih. Penghasilan lebih, jabatan yang lebih tinggi, ilmu yang lebih luas, tanah juga mau yang lebih luas, sampe perhiasan atau emas pun ingin yang lebih berat. Mungkin cuma berat badan saja yang pengen berkurang (sampe dibela-belain diet).

Akan tetapi sebenarnya, hidup pas-pasan itu lebih enak lho. Contoh, pas mau makan, pas ada yang dimakan. Pas mau beli rumah, pas ada uangnya. Pas mau kerja, pas ada lowongan. Pas mau sekolah lagi, pas ada dananya. Pas mau nikah, pas ada yang mau dinikahi. Pas mau kawin lagi, pas istri mengizinkan. Wah, ternyata enak banget yah hidup serba pas-pasan.

Eit... awas, bukan ituloh yang dimaksud, akan tetapi hidup dalam ukuran serba kecukupan, sederhana, ora neko-neko atau istilah agamanya tawadhu yang memang sunguh-sunguh sangat dianjurakan dalam agama. Bahkan berlebihan yang berpotensi memunculkan kemubaziran sungguh dilarang dalam agama.

Makan misalnya, meskipun boleh dan halal tetapi kalau kita berlebihan tentu tidak baik, karena bisa memunculkan penyakit atau malah jadi tidak berkah. Begitupun dengan masalah berpenampilan. Terlalu berlebihan sehingga terkesan bermegah-megahan tentu dilarang apa lagi kalau sampai menitiskan kesombongan.

Bukan hanya masalah fisik, masalah emosi atau rasa pun jangan sampai diperturutkan secara berlebihan seperti halnya cinta dan benci. Jangan dibiasakan untuk mencintai sesuatu terlalu berlebihan begitupun membencinya, karena setiap saat konteks cinta dan benci bisa saja berubah. Yang tadinya berseberangan agenda saja bisa berkoalisi kok, apalagi kalau hanya sekedar berbeda pendapat baik dengan saudara, kekasih, teman, forum dan sebagainya mohon untuk tidak terlalu dibesar-besarkan.

Jika melihat konteks larangan-larangan di atas, larangan berlebihan terjadi dalam diri memiliki kemampuan dan semua ditujukkan pada hal-hal yang halal atau mubah. Ya dong, jelas saja karena yang haram tentunya dilarang baik sedikit maupun banyak.

Maka kondisi hidup pas-pasan dalam konteks tidak mubazir dan mengedepankan tawadhu, alias hidup sederhana adalah sebuah keniscayaan.

Suatu latihan terbaik untuk menuwujudkan pribadi yang selalu merasa cukup, tawadhu dan sabar adalah dengan bershaum (puasa). Lho emang bisa? bisa, karena dengan berpuasa suatu perbuatan yang sesungguhnya halal untuk sementara waktu dilarang, seperti makan, minum, berhubungan suami istri dll. Dalam shaum juga mengingatkan kita untuk mengendalikan diri dari jebakan keharaman perilaku seperti berbohong, menggunjing, berkelahi dll.

Semoga di bulan yang mulia ini, kita bisa lebih meningkatkan amal ibadah untuk mengharap ridho Allah swt. dengan selalu menjauhi larangan-Nya dan menjalankan segala perintah-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline