Lihat ke Halaman Asli

Apakah Nasib Lion Air Akan Menyusul Adam Air?

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13286105061254096260

[caption id="attachment_161073" align="alignleft" width="351" caption="Ilustrasi Lion Air(Surya.co.id)"][/caption] Pada 9 November 2006, Adam Air menerima penghargaan Award of Merit dalam katagori Low Cost Airline of the Year 2006 di Singapura dalam acara 3rd Annual Asia Pacific and Middle East Aviation Outlook Summit. Penghargaan ini diberikan oleh Centre of Asia Pacific Aviation (CAPA). Pada 19 Maret 2008 — belum genap 2 tahun — maskapai ini berhenti beroperasi secara total. Kepaknya tidak lagi menghiasi langit, tamat riwayatnya. Bukan karena bangkrut. Bukan disebabkan pilot dan seluruh karyawannya berdemo, melainkan izin terbangnya dicabut oleh pemerintah lewat Dirjen Perhubungan Udara dengan keluarnya surat  bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008.  Surat yang memborgol kepak sayap Adam Air. Manajemen Adam Air terbukti “bermain – main” dengan banyak nyawa orang yang dibuktikan dengan banyaknya kecelakaan yang menimpa maskapai ini. Manual operasi perusahaan, manual perawatan pesawat dan pelatihan SDM sesuai program pelatihan perusahaan tidak dijalankan oleh pihak Adam Air secara baik dan benar. Ambil contoh kecelakaan terburuk yang menimpa pesawat Adam Air Boeing 737-400  pada 1 Januari 2007. Pesawat bernomor registrasi PK-KKW yang seharusnya mendarat di Manado namun hilang dari radar dan ternyata jatuh di sekitar laut Majene, Sulawesi Barat. 102 penumpang termasuk awak pesawat meninggal. Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kecelakaan tersebut terjadi di samping akibat pengaruh cuaca buruk, faktor terbesar adalah kerusakan pada sistem navigasi pesawat atau IRS (Inertial reference System). Dari hasil investigasi diketahui bahwa peralatan RIS pada pesawat B737-400 Adam Air yang jatuh — yang hingga saat ini seluruh penumpang, pilot dan awak kabin tidak diketemukan jasadnya— telah mengalami kerusakan sebanyak 154 kali selama Oktober – Desember 2006. Tapi karena untuk menekan biaya operasional, peralatan vital tersebut tidak pernah diganti. Pesawat yang sudah cukup tua. Sumber daya manusia dan peralatan seadanya, dan juga tidak melakukan perawatan semestinya menjadi tumbal dari tarif murah Adam Air. Dan dengan alasan menekan cost manajemen Adam Air “mengorbankan” pesawat, pilot, kopilot, awak kabin dan penumpangnya sendiri. Harga teramat mahal yang harus ditebus. Berbeda dengan Lion Air. Maskapai yang usianya lebih tua 4 tahun dari Adam Air ini armada pesawatnya relatif baru yang terdiri dari Boeing 737-900ER hingga Boeing 747-400. Apalagi pada tanggal 18 November tahun lalu, manajemen Lion Air melakukan kontrak pemesanan pesawat baru dari keluarga Boeing 737, B737 MAX. Pesawat yang diklaim oleh pihak Boeing sebagai pesawat dengan tingkat penghematan bahan bakar mencapi 19%. Tidak tanggung-tangung manajemen Lion Air memesan 201 unit B737 MAX, sekaligus memecahkan rekor pemesanan pesawat terbesar yang sebelumnya dipegang oleh Emirates. Maskapai besar milik negeri kaya minyak, UEA. Armada baru dan besar ternyata tidak diikuti oleh pola dan sistem pengawasan internal sumber daya manusianya, lebih-lebih para awak pesawatnya. Terbukti dengan ditangkapnya secara beruntun tiga pilot Lion Air dan satu awak kabin yang kedapatan membawa dan mengkonsumsi narkoba. Padahal ditangan pilotlah sebuah pesawat dengan ratusan penumpang di dalamnya bisa take off dan landingsecara sempurna. Dan demi sebuah keselamatan penerbangan komersil hal ini tidak bisa dianggap main-main. Pemerintah tentunya punya kepentingan sangat besar untuk menjaga citra penerbangan maskapai-maskapai asal Indonesia khususnya maskapai BUMN yang menjadi andalan Indonesia, Garuda Indonesia. Pemerintah seharusnya belajar dari kejadian tahun 2007 yang menimpa dunia penerbangan komersil tanah air. Tahun 2007 merupakan tahun tersuram untuk penerbangan kita. Pada tahun tersebut maskapai Garuda dan seluruh maskapai asal Indonesia tidak diperkenankan melayani rute penerbangan ke Eropa dan para calon penumpang Eropa dihimbau untuk tidak menggunakan maskapai asal Indonesia. Saat itu penerbangan komersil tanah air masuk daftar hitam.  Salah satu penyebabnya adalah kasus maskapai Adam Air yang banyak menyumbang jumlah kecelakaan pesawat penumpang tanah air. Dan hal itu harus dibayar mahal oleh pemerintah, termasuk Garuda yang terkena imbasnya. Langkah – langkah yang telah ditempuh oleh Kementerian Perhubungan dalam menangani kasus pilot Lion Air yang nakal sudah tepat, namun itu hanyalah langkah awal. Karena perlu sebuah tindakan lebih tegas dan keras kepada manajemen Lion Air bila ternyata pihak manajemen Lion Air terbukti lalai dalam pola pengawasan internal para SDMnya. Bisa jadi Lion Air akan mendapatkan sanksi pembekuan ijin terbang seperti yang diterapkan kepada Adam Air. Manajemen Lion Air bila tidak ingin nasibnya seperti Adam Air seharusnya lebih memperhatikan dan memperbaiki sistem dan pola  disiplin para awak pesawat komersilnya termasuk kru daratnya secara lebih ketat lagi. Test urine dan darah secara acak dan berkala. Test psikologi untuk mengukur tingkat stres  awak kokpit dan kabinnya pada batas aman dan juga kesejahteraan para karyawannya. Apakah nasib Lion Air akan mengekor Adam Air untuk segera gulung tikar karena ulahnya sendiri? Hanya pihak internal manajemen Lion Air dan pemerintah melalui Departemen Perhubungan Udara yang punya wewenang untuk menjawabnya. Jangan sampai kecelakaan Majene kembali terulang. Jangan pernah lagi terjadi seluruh maskapai asal Indonesia masuk daftar hitam dan terkena larangan terbang ke Eropa akibat efek domino dari pilot – pilot nakal dan lemahnya prosedur pengawasan internal sebuah maskapai yang bernama Lion Air. Siapa yang mau menyusul nasib Adam? Lion kah?

1328667024352505235

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline