Lihat ke Halaman Asli

Apakah Guru Kita Seorang Ahli ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ahli kah seorang Guru ? sebuah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang bertanggungjawab. Keahlian seorang Guru tidak cukup terbatas pada kemampuannya dalam memahami mata pelajaran yang ia ajarkan, pandai menyampaikannya,pandai memakainya,serta pandai memberi contoh penggunaannya.

Ahlinya seorang guru tentu saja lebih diutamakan soal kemanusiaan yang dihasilkan ada pada diri manusia yang telah selesai menjalani proses pendidikan itu. Dan manusia yang diproses dalam pendidikan itu menjadi tanggungjawab guru, tidak boleh mengelak, karena memilih profesi guru harus siap berhadapan dengan konsekuensi tanggungjawab itu, dengan begitu maka predikat keahlian atau profesionalitas guru baru dapat pengakuan.

Pintar tetapi tidak tepat dalam mengaplikasikan kepintarannya sehingga membawa ekses negatif bagi orang lain, tidak menjadi ukuran keberhasilan. Pintar,tepat aplikasinya tetapi tidak mau membagi ilmunya kepada orang lain, itu juga tidak ukuran keberhasilan. Mau berbagi tetapi tidak sesuai dengan kaedah keilmuan yang ia tekuni juga tidak berhasil. Jika mau dihitung secara angka-angka maka jauh lebih baik manusia yang kepintarannya sedang-sedang saja tetapi memang ia kuasai dan bisa secara nyata bermanfaat besar bagi masyarakat (dapat membantu masyarakat mengatasi persoalan hidup yang ia hadapi).

Keahlian seorang guru memang sangat sukar diperoleh jika sang guru hanya bergantung pada apa yang ia pelajari diwaktu kuliahnya,apa yang ia baca dari buku-buku paket semata.Tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,tidak memiliki pengetahuan memadai dalam bidang psikhologi pendidikan dan anak remaja,kurang memiliki pengalaman dalam berorganisasi pada masa mudanya. Demikian juga jika guru tersebut tidak berjiwa progresif,konon lagi menganut faham ABS (Asal Bapak Senang),ATD (Asal Tidak Digeser),ACNP (Asal Cepat Naik Pangkat),AGTB (Asal Gaji Tak Berkurang,dll,maka keahlian itu sangat sukar untuk dimiliki.

Banyak guru yang hingga hari ini belum menyadari bahwa hakikat pendidikan itu sesungguhnya sesuatu yang bisa membuat manusia menjadi ;

- Berpengetahuan meliputi ; science dan technologi

- Berketerampilan meliputi ; mampu menginformasikan,mampu

mentransformasikan,mampu melakukannya sendiri

- Berbudi Pekerti meliputi ; orangnya taat asas,orangnya taat hukum.

Indikator pencapaian hakikat itu ditunjukkan adanya ;

- Watak seseorang yang mencakup; mentalitas,spiritualitas,moralitas

- Kepribadian seseorang mencakup; simpati dan empati

Keahlian tentu saja harus dapat melahirkan keahlian. Artinya Guru yang ahli tentunya akan menghasilkan lulusan yang ahli. Jika demikian maka Negara tidak akan rugi membiayai pendidikan guru dan penyediaan seluruh fasilitas yang dibutuhkan.

Sayangnya guru dari dulu hingga sekarang ini masih dijadikan sebagai alternatif terhadap kelangkaan kesempatan dan lapangan kerja sehingga tidak sedikit guru yang bahkan tidak tahu apa yang dinamakan Kode Etik Profesi Guru atau apa yang dinamakan kompetensi guru itu. Bertambah parah lagi rekruitment guru sangat tidak memperhatikan unsur-unsur keahlian sebagaimana yang dibutuhkan dari seorang guru.Lembaga-lembaga Tenaga Kependidikan yang sudah tidak taat lagi pada asas minat,bakat,motivasi,tingkat kesimbangan emosional dan kepribadian calon-calon mahasiswa yang ia terima yang kelak akan ia jadikan sebagai guru. Jadi jika harus memilih, lebih baik materi test penerimaan calon guru dan calon mahasiswa prodi kependidikan/keguruan itu ditekankan pada materi uji yang menyangkut kepribadian/kejiwaan yang meliputi minat,bakat,motivasi,kecerdasan emosional ketimbang kepintaran yang sudah diakui negara melalui ijazah yang ia pegang.

Kita berharap untuk masa depan pendidikan nasional sangat diperlukan keahlian itu,baik pada diri guru,diri Kepala Sekolah, diri Kepala Dinas atau Kepala Kantor yang mengurusi pendidikan hingga keahlian Menteri Pendidikan dalam masalah pendidikan agar resiko kemanusiaan tidak dijadikan korban sebuah proses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline