Lihat ke Halaman Asli

Managemen Kemarahan dalam Mengajar

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

MANAGEMEN KEMARAHAN DALAM MENGAJAR

*Toto Legowo

Sebagai seorang guru, setiap hari akan bertemu dengan para siswa untuk mengajar dan mendidik. Sering kali dalam melaksanakan tugas tersebut kita menghadapi banyak kendala, seperti kenakalan para peserta didik tersebut. Kemarahan sering terjadi pada saat para siswa tidak mengerjakan tugas atau tidak fokus dalam pembelajaran. Hal tersebut adalah wajar, karena kita guru juga manusia yang punya perasaan.

Bagi guru-guru yang mengajar di sekolah marginal ( pinggiran). Hal tersebut terjadi hampir setiap saat karena mengajar di beberapa kelas paralel dengan kemampuan yang rata-rata rendah dan latar belakang kalangan menengah ke bawah. Akibatnya adalah guru-guru tersebut akan mengalami berbagai penyakit  seperti migraine, darah tinggi bahkan yang fatal bisa berakibat stroke. Bagaimana bisa terjadi? Para guru sebagian mempunyai idealisme tentang pembelajaran mereka di kelas, pada saat idealisme tersebut “ternodai”, maka ada rasa terlecehkan. Hal ini, berakibat munculnya kemarahan tersebut. Namun seharusnya kita bisa me-manage kemarahan kita.

Jika terjadi hal tersebut di atas, para guru mencoba bijaksana dengan melatih diri untuk menahan kemarahan tersebut dengan memberikan kegiatan yang lebih menantang siswa untuk belajar dan bekerja, sebagai contoh memberikan latihan soal yang cukup banyak, hingga kemarahan tersebut mereda, atau dengan mengalihkan sementara kegiatan belajar dengan kegiatan bermain dan belajar, tetapi waktunya jangan terlalu lama, karena akan menghabiskan waktu pembelajaran tersebut. Selain tersebut di atas, marilah kita belajar untuk mengajar dengan kasih dan cinta, kita menyadari bahwa siswa itu beragam, mempunyai sifat dan kemampuan yang berbeda, demikian juga sifatnya. Kita belajar menyadari bahwa mereka pribadi yang unik. Kita belajar introspeksi, mungkin cara mengajar kita yang terlalu keras, sehingga mereka tertekan, atau cara mengajar kita yang kurang menyenangkan, ataupun hal-hal lain yang memberatkan siswa. Kita mencoba belajar merencanakan pembelajaran yang menyenangkan buat mereeka, sehingga mereka dengan kerelaan diri membuka untuk belajar, tanpa harus ditekan. Memang tidak mudah tetapi dengan belajar dan belajar, Insya Allah hal tersebut akan dapat dilaksanakan dengan mudah, sehingga kita sebagai guru tidak perlu marah-marah setiap mengajar. Mengajarlah penuh kasih dan cinta, karena para siswa adalah anak-anak kita yang akan meneruskan impian dan cita -cita kita di masa depan sebagai insan yang penuh cinta sesama dengan penuh prestasi yang membanggakan.

“ Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika”

*Toto Legowo SMP N 2 Ungaran dol4.48

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline