Lihat ke Halaman Asli

Engkaulah Sang Kerinduan

Diperbarui: 27 Mei 2016   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku ambil sebatang rokok bermerk jaman dahulu, rokok kretek kesukaannya yang menjadi favoritnya yang selalu dibakar setelah santapan habis.

"Crek..crek..wush.."

Api kunyalakan , kudekatkan dan membakar ujung rokok . Ku hisap pelan-pelan sambil membayang, kupejamkan mata dalam tatapan kosong...

"Huk ..huk..." suara batuk yang kudengar sambil kulihat asap berhembus dari mulutnya. "Hmmm.... " aku bergumam dalam lamunanku wajahnya datang secara tiba-tiba. Meski terus melawan penyakit asmanya yang mulai bertahun-tahun sebatang rokok ini selalu menjadi hisapannya. Dan dikala malam dengan suara dalang memainkan para wayangnya hembusan wangi asapnya selalu membangunkan tidurku.

" Ngopo le tangi..."( kenapa nak bangun )

Lamunanku membayangkan selalu, dan tak terasa setengah rokok ini menjadi abu.

"Sruph..." kunikmati cangkir kopiku, meskipun aku tau ini bukan favoritnya. Gelas besar dengan ramuan teh tubruk kala itu yang menjadi teman malamnya. Meskipun yang kudengar hanya kadang suara batuk yang sedikit di luapkannya. Hingga aku sadar saat hisapan terakhir dari rokokkku..

"egh..ehg.." Nafasnya terengah engah.....

Sejenak ku habiskan kopiku membayangkan wajahnya yang dahulu menjadi guru kehidupanku, ku menghela nafas..

"Hmmm..."

"Tenang disana pak" aku sedikit berbisik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline