Musim kampanye Pemilu Serentak 2019 yang didominasi oleh berita dan gambar pasangan calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden sedikit banyak berdampak negatif bagi para calon anggota legislatif (caleg). Karena itu, beberapa caleg yang bermodal uang pas atau minimal lalu berinisiatif melakukan kampanye secara kreatif dan tidak menambah beban visual masyarakat luas dengan beragam sampah alat peraga kampanye (APK) berbiaya. Mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek lepas dan tukang sol sepatu. Ada juga karyawan dan lainnya.
Menurut tirto.id , seorang caleg PSI dari Jakarta yang beraktivitas sambilan sebagai arsitek lepas melakukan kampanye kreatif dengan membuat komik sebagai medianya. Berbekal ketrampilan menggambar, Permaswari Wardani yang menyatakan diri sebagai calon politikus membuat APK dari ide-ide kreatifnya berbentuk komik.
Dalam akun Instagram-nya, caleg perempuan dari parpol kontroversial itu menunjukkan beberapa hasil karya kreatifnya. Imas, panggilan akrab Permaswari Wardani, melalui akun media sosial twitternya @imascorgan dan akun instagram pribadinya @imascorgan, Imas mencoba memperkenalkan dirinya yang maju menjadi caleg dengan komik hasil karyanya sendiri.
Bahkan, Tribun Jakarta saat mewawancarai caleg perempuan kreatif ini menyebutkan bahwa postingan komik miliknya pun mendapat respon positif dari sejumlah tokoh dan publik figur, mulai Mantan Ketua MK Mahfud MD, hingga penyanyi sekaligus dokter Tompi dan Komposer ternama Indonesia Addie MS yang yang meretweet postingan komiknya.
Sementara itu, caleg kreatif lain adalah Dwi Handoko, caleg DPRD Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Mahalnya biaya kampanye di Indonesia tak membuat tukang sol sepatu ini putus asa.
Ia menyiasati keterbatasan sumber dana kampanyenya dengan cara berdialog saat berjualan jasa sol sepatu. Setiap hari, 2 sampai 10 pelanggan sol sepatu yang kebanyakan dari kelompok masyarakat menengah ke bawah diajak ngobrol berbagai hal yang dipahami sambil menyakinkan mereka untuk memilih dirinya dalam kontestasi pemilu legislatif di daerah yang selam ini gencar mengembangkan sektor wisata alam dan kulinernya.
Ada cara berkampanye unik ala anak muda Gresik. Untuk menggaet pemilih, Mohamad Kurdi memilih kampanye kreatif antara lain kampanye berhadiah, lomba swafoto, lomba cipta puisi bahasa daerah juga kampanye simpatik dengan ziarah wali.
Menurut TimesIndonesia , ia juga membuat taman swafoto dan membangun rumah aspirasi yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk berdiskusi serta posko tim pemenangan. Kami mencoba kampanye kratif dan meninggalkan kampanye lama yang terkesan monoton dan hanya memberikan stiker dan memasang baliho saja tanpa menawarkan program," katanya.
Ketiga sosok di atas adalah pendatang baru di panggung politik yang didominasi muka lama mulai ditinggalkan pemilih potensial. Apalagi generasi milenial yang suka dengan wajah-wajah segar dan kreatif. Imas dengan latar arsitektur dan seni komiknya. Dwi Handoko bermodal komunikasi persuasif serta M. Kurdi yang menyasar segmen generasi milenial adalah caleg alternatif yang layak diapresiasi meski minim pengalaman.
Ide-ide kreatif yang muncul dari mereka meskipun berawal dari cara menyiasati keadaan riil diri dan lingkungan tidak berhenti sampai berakhirnya musim pileg dan pilpres 2019 saja. Sedikit harapan agar cara mereka berkampanye berlanjut ke tubuh partai sebagai proses pembaruan internal parpol yang elit pimpinannya mulai dijauhi terutama atas jeratan kasus korupsi, asusila dan narkoba. Perlu ada darah segar dan bukan semata mengejar parlementary treshold. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H