Masih dalam rangkaian masa libur akhir tahun 2018, banyak teman sekolah baik ketika SMP maupun SMA pulang kampung dari berbagai kota di Indonesia. Terutama Jakarta dan kota-kota penyangganya. Ada yang lebih dari empat dasawarsa tak tak bersua selain lewat media sosial. Di antara berbagai cerita keseruan bernostalgia yang disuguhkan, Alian yang berada perbukitan Utara mengundang selera literasi dan imajinasi saya.
Alian adalah nama satu dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Jarak dari pusat kota dari icon Tugu Lawet atau Pasar Tumenggungan sekira 12 kilo meter ke arah Utara. Bisa lewat sisi Timur melalui rute Jalan Kusuma - H. M. Sarbini - Bumidirjo mentok dan ke kiri mengikuti alur jalan Surotrunan - Alian. Atau lewat sisi Barat, setelah masuk pertengahan Jalan Bumidirjo, ada nama jembatan yang terkenal dengan sebutan Broog Zenk, belok kiri melewati Pasar Kubang Tanuharjo terus mengikuti jalan sampai ke obyek wisata pemandian air panas.
Tak jauh dari lokasi yang dibangun pada masa pemerintahan Bupati Supeno Suryodiprojo (1969-1979), ada obyek wisata konservasi kupu-kupu yang dikenal dengan nama asingnya: Alian Butterfly Park. Di obyek wisata yang dibangun oleh seorang putra daerah, dr. Bambang Gunawan, SPOG, sejumlah spesies kupu-kupu langka dikembang-biakkan pada lahan seluas lebih kurang 30.000m2. Selain menikmati suasana, pengelola juga menyediakan ruang audio visual tentang beragam jenis kupu-kupu dari berbagai daerah di Nusantara.
Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat berkunjung ke obyek wisata itu, sejak Minggu (18 November 2018) diadakan pasar kuliner tradisional pertama yang bernuansa khas di sekitar areal hutan jati Desa Krakal, Kecamatan Alian. Beragam jenis kuliner khas pegunungan seperti oyek dan thiwul, sejenis nasi yang berbahan dasar singkong. Juga dijajakan Tahu Krakal yang memiliki penggemar setia dan ikonik serta banyak ragam panganan tradisional yang identik dengan kehidupan masyarakat perbukitan Utara. Singkong adalah satu komoditas pertanian andalan di kecamatan itu.
Sesuai namanya, Jaten adalah semua hal yang berkaitan dengan pohon jati. Dari namanya saja kita dapat membayangkan bahwa "pasar"-nya ada di bawah batang-batang pohon jati yang di awal musim penghujan mulai berdaun lagi. Tentunya belum rimbun setelah meranggas di musim kemarau.
Satu hal yang menarik dari keberadaan Pasar Jaten ini adalah kehadiran alat tukar berupa "koin" yang berbentuk persegi panjang berbahan dasar kayu Pinus dan bertulisan JT. Setiap koin bernilai dua ribu rupiah dan setiap penukar/ calon pembeli maksimal hanya boleh membelanjakan 15 koin alias Rp 30 ribu. Semua panganan yang dijajakan berbungkus daun pisang atau jati. Tidak diperbolehkan mengemas dengan tas atau bungkus plastik. Semua harus kembali ke alam. Karena itu, bagi pembeli yang ingin membawa pulang jajanan di pasar kuliner tradisional itu hanya boleh dikemas dalam besek. Wadah berbentuk kotak dan berbahan anyaman bambu.
Menurut penuturan Heru dan Drajat, dua perantau asal Alian, untuk mendapatkan koin itu harus antri dengan tertib. Nampaknya, pengelola pasar yang juga mengelola Taman Kupu-kupu memiliki misi sosial. Yaitu mengembalikan suasana kehidupan masyarakat pedesaan yang rukun dan saling menghormati. Secara tidak langsung, keberadaan pasar semacam ini mengandung banyak dimensi yang dikemas dalam bentuk atraksi wisata kuliner. Sebuah misi yang sangat layak diapresiasi. Dari desa kembali ke desa dalam suasana khas desa itu.
Pasar Jaten direncanakan akan hadir sebulan dua kali, namun belum jelas kepastian waktunya selain hari pelaksanaannya yaitu Minggu. Dari pada menunggu, perjalanan wisata di Bukit Utara Kecamatan Alian perlu dilanjutkan ke atas sekira berjarak 6km dari Taman Kupu-kupu. Obyek wisata air terjun Curug Sindaro nan indah ini tengah dikembangkan dengan penambahan beragam fasilitas semisal pendopo. Jalan menuju air terjun (curug) sudah layak pakai. Belum lama diperbaiki setelah terjadi beberapa bagian yang longsor. Di Bukit Utara juga terdapat jalur-jalur offroad dengan medan beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H