Lihat ke Halaman Asli

dabPigol

Nama Panggilan

Ibu, Perempuan Segala Jaman

Diperbarui: 22 Desember 2018   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Atiatoen. Dokpri

Tak ada kata bosan bercerita tentang ibu. Per-empu-an yang ada di semua jaman. Ibu itu ibarat empu, manusia yang berada di tataran mulia dan kemampuan menghadirkan suasana tertentu dalam lingkungannya. Ada Ibu Pertiwi dan Ibukota yang tidak ada pada pria, lelaki atau bapak dan sebutan sejenisnya. Ibu memang istimewa. Punya peran strategis dalam mengantarkan "anak-anak"-nya ke gerbang kehidupan yang sesungguhnya.

Ibu dapat dimaknai beragam. Dari yang  biologis, sosial dan ideologi semua punya arti dan makna. Ibu biologis biasa disebut ibu kandung yang menghadirkan kita, umat manusia, ke dunia fana dan penuh warna ini. Dalam rerata angka sembilan bulan sepuluh hari,  anak manusia berada di rahim sang ibu dengan segala cerita yang menyertai. 

Setiap cerita ada romantika dengan beragam sisinya. Setelah hadir ke dunia, kita mengarungi samudera raya kehidupan dengan segala pernak-perniknya. 

Kehidupan adalah ibunya sosial, di mana kaki berpijak di situ langit dijunjung. Lingkungan yang kelak akan membuat diri kita seperti apa, bagaimana perjalanan yang ditempuh dan "nama" apa yang akan disandang sebagai makhluk sosial. Sedangkan ibu ideologis adalah sumber pemahaman kita sebagai anak-anak bangsa. 

Momentum Hari Ibu tahun ini menjadi peristiwa sosial dan ideologi yang krusial bukan hanya karena ada hajat politik nasional yang bernama Pemilu Serentak 2019. 

Sepanjang tahun 2018, banyak sekali peristiwa yang perlu kita jadikan sebagai induk pelajaran hidup sebagai warga masyarakat dan Bangsa Indonesia. Dari awal sampai akhir tahun selalu ada berita tentang penyelenggara negara, entah kepala daerah atau pejabat lainnya, terjerumus dalam kasus korupsi dalam OTT KPK. 

Pada kasus terakhir  justru terjadi pada "anak emas" yang begitu membanggakan karena berhasil memikat banyak warga dunia dengan lompatan prestasi yang baru pertama kali diraih dan terjadi di masa perayaan Hari Kemerdekaan. Akhirnya seperti pepatah " karena nila setitik, rusak susu sebelanga". 

Inilah yang membuat sedih Ibu Pertiwi. Dan kian bertambah kesedihan itu karena menyangkut  "induk organisasi olahraga nasional bernama KONI". Lebih mengenaskan lagi karena dilakukan oleh Sekjen yang notabenenya adalah tulang punggung organisasi yang berasaskan sportivitas.

 Jujur dan ksatria maknanya. Ditambah parah karena menjerat Bendahara Umum yang dapat diibaratkan sebagai kaki organisasi KONI. Bersekongkol dengan orang pertama bidang peningkatan prestasi di Kemenpora, maka lengkaplah kesedihan itu.

Hari Ibu yang diperingati bersama dengan Hari Kesetiakawanan (Sosial) Nasional di tahun ini juga diwarnai oleh banyak peristiwa memilukan. 

Dari rentetan bencana alam yang melanda hampir seluruh wilayah. Dari banjir bandang di tanah Rencong, erupsi Gunung Sinabung yang telah memasuki tahun kelima serta gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah adalah sebagian contoh betapa kita perlu lebih banyak berbenah. Sementara itu, di ujung Timur terjadi lagi bencana sosial di Nduga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline