Lihat ke Halaman Asli

Memanggilnya Pulang

Diperbarui: 26 Maret 2018   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Malam itu aku dan kedua anakku duduk di meja makan untuk menyantap makan malam bersama. Semuanya tampak tenang, masih terdengar juga senda gurau anak-anakku, Ami yang tertua usia 16 tahun dan Riri si bungsu berusia 14 tahun.

"Ma.." Tiba-tiba si sulung menyapaku.

"Maukah mama, mulai malam ini berdoa bersama kami?" Tanyanya ragu-ragu. Cukup heran juga mendengar permintaannya. Memang kami tidak pernah khusus menyediakan waktu untuk berdoa bersama, namun sesekali kami masih beribadah bersama.

"Kita berdoa bersama agar papa kumpul kembali bersama kita." Lanjut Ami. Hah? Aku terkejut mendengar permintaan anakku. Dan tampaknya, ini adalah sesuatu yang sudah mereka berdua bicarakan dan sepakati.

Sudah dua tahun suamiku meninggalkan aku dan anak-anak. Saat itu kami memang selalu bertengkar hebat akibat ulah suamiku yang selalu mementingkan orang lain. Setiap ada uang, ia selalu mendahulukan untuk berkumpul dengan teman-temannya ataupun membagi-bagi uang pada kenalannya juga pada saudara-saudaranya. Saat anak-anakku butuh membayar uang sekolah,  suamiku malah membelikan TV untuk seorang kenalannya. Bahkan untuk membantu seorang temannya yang sakit, suamiku bersikeras meminta uang tabunganku, padahal uang itu adalah uang yang kusimpan untuk membayar uang pangkal Ami masuk SMU. Saat benar-benar tidak punya uang, ia juga tak sungkan meminta uang jajan anak-anakku. Terakhir, aku mengusirnya dengan perasaan yang hancur tak terkira saat kudapati suamiku mencuri uangku untuk membelikan temannya sebuah handphone. Ia pergi keluar rumah dan sejak itu tidak pernah kembali lagi.

"Hidup kita sekarang jauh lebih baik dan lebih tenang. Mengapa kalian mau papa kembali?" Tanyaku bingung.

"Supaya keluarga kita bisa kembali utuh." Jawab Ami.

"Katanya kita harus berdoa untuk perdamaian dunia. Kenapa tidak berdoa untuk perdamaian keluarga kita sendiri?" Tiba-tiba Riri berseloroh. Oh! Berat sekali topik makan malam hari ini. Mengapa menjadi membahas perdamaian dunia?

"Dulu kita sudah tahu bagaimana rasanya tinggal dengan papa. Kalian sendiri sering menangis karena ulah papa. Kalian masih mau menerimanya?" Tanyaku masih merasa heran.

"Itulah mengapa kita harus memanggil papa pulang dengan doa." Jawab Ami.

"Dengan doa?" Nadaku mulai meninggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline