Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Tatanan Masyarakat IKN dan Tantangan Budaya Gratis

Diperbarui: 5 Agustus 2024   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Papan peringatan untuk penduduk lokal terkait batas kawasan inti pusat pemerintahan di IKN (Sumber : KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA )

Tatanan Masyarakat IKN dan Tantangan Budaya Gratis

Masyarakat bertanya, seperti apa nantinya tatanan ekonomi dan sosial masyarakat yang akan terbentuk di Ibu Kota Nusantara (IKN). Rencana sebagai kota yang cerdas dan ramah lingkungan, IKN semestinya juga menunjukkan tingkat kesejahteraan warganya yang bagus.

Tentunya dengan indikator riil dimana IKN mampu menyediakan fasilitas kehidupan warganya yang serba mudah, serba murah bahkan gratis. Hal ini sebagai sesuatu yang diharapkan bisa menular untuk kota-kota lainnya.

Budaya gratis perlu diwujudkan di IKN. Jangan sampai ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri. Semua serba beli dengan harga yang mahal. Kemakmuran harus segera terbit di IKN. Tanda-tanda kemakmuran adalah banyak harga nol rupiah alias gratis.

Pemerintah mengklaim bahwa air kran atau PAM bisa langsung diminum. Menteri PUPR sudah mencoba meminumnya. Semoga ini benar adanya. Karena kalau kondisinya seperti itu maka warga IKN tidak perlu repot-repot beli air minum dalam kemasan yang harganya boleh dibilang mahal. Jika air minum gratis seperti itu maka akan mempengaruhi produk yang lain.

Tentang pelayanan angkutan publik di IKN akan disediakan dengan rangkaian autonomous rail transit atau ART buatan Cina yang merupakan jenis kendaraan listrik tanpa sopir. Trem otonom bertenaga listrik itu nantinya akan beroperasi di jalanan IKN dan mestinya juga bisa digratiskan.

Langkah Presiden Jokowi yang mengundang para selebritis dan para penebar pengaruh digital (Influencer) dan juga rencana undangan terhadap sejumlah relawan politik pro Jokowi untuk beramai-ramai datang ke IKN perlu dimaknai dengan tatanan sosial ekonomi di IKN yang serba mudah, murah bahkan gratis . Jika Jokowi telah memberikan sederet kemudahan dan keistimewaan terhadap investor asing untuk berusaha di IKN. Tidak ada salahnya jika IKN juga menjadi kota terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan ada lagi razia pendatang di IKN hanya karena masalah ketertiban umum.

Gerbong trem otonom atau autonomous rail transit buatan Cina di IKN (Sumber :KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Mewujudkan IKN sebagai megapolitan mesti disertai dengan membentuk tatanan masyarakat atau postur SDM IKN dan Keanekaragaman profesi. Bahkan jenis-jenis profesi yang selama ini digeluti warga bangsa dan hampir musnah, maka profesi itu perlu direstorasi atau dimodernisasi sesuai dengan kemajuan zaman. Beberapa jenis profesi yang diambang kemusnahan seperti pengrajin tradisional, seni tradisi, tukang kayu, pembuat makanan tradisional yang pernah eksis di Indonesia, perlu dihidupkan lagi di IKN agar kota ini menjadi representative/miniaturnya Indonesia seperti halnya Jakarta. Perlu program transmigrasi untuk merekrut dan memindahkan para petani dan peternak, serta berbagai komunitas kebudayaan ke IKN.

Kawasan di sekitar IKN Nusantara direncanakan menjadi perkebunan besar, lahan pertanian dan hutan lestari. Tentunya membutuhkan petani, pekerja perkebunan dan perawat hutan dalam jumlah yang besar. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja diatas sebaiknya melalui program transmigrasi dengan pola terkini. Sehingga struktur demografi dan strata sosial ibu kota baru itu mulai terbentuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline