Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Jangan Pernah Lelah Mencintai Citarum

Diperbarui: 14 Juni 2024   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin mengecek kondisi Sungai Citarum di Kabupaten  Bandung Barat (Foto: PR SUBANG/Biro Adpim Jabar)

Jangan Pernah Lelah Mencintai Citarum 

Pemberitaan di media sosial terkait dengan kondisi Sungai Citarum yang dipenuhi oleh sampah sempat viral. Peristiwa yang viral itu membuat pejabat Gubernur Jabar Bey Machmudin langsung turun ke lapangan dan mengambil tindakan untuk membersihkan sungai tersebut. Terutama yang di bawah jembatan Babakan Sapaan, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Mestinya pembersihan sungai tersebut jangan karena viral di media sosial. Pemerintah daerah dan masyarakat jangan pernah lelah mewujudkan ekosistem  sungai Citarum dalam kondisi yang sehat. Program Citarum Harum yang merupakan program untuk memperbaiki ekosistem sungai yang pernah dinobatkan sebagai sungai paling kotor di dunia itu, agar disempurnakan sehingga lebih efektif.

Pj Gubernur Jabar perlu mengecek terus menerus kondisi sungai Citarum tersebut sehingga tidak menjadi lautan sampah. Selama ini Program Citarum Harum telah menyedot anggaran yang cukup besar. Satgas Citarum Harum dan BBWS Sungai Citarum mesti terus bahu membahu mengangkut sampah yang pada saat debit air sungai berkurang menyebabkan sampah tersangkut lalu semakin menumpuk. Jika curah hujan tinggi dan debit air besar maka volume sampah tersebut akan mengalir ke laut yang merupakan muara sungai.

Janji Bey Machmudin yang menyatakan bahwa dalam waktu dekat indeks kualitas air sungai Citarum akan berada di angka 60 perlu ditepati. Perlu pertobatan seluruh seluruh komponen untuk mengatasi gegar hidrologi. Boleh dibilang negeri ini telah kehilangan ideologi, ilmu dan kearifan tentang air. Ideologi pemuliaan air dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara pandang positif segala sesuatu tentang air yang dibakukan dalam kaidah ilmu hidrologi. Di sekolah ilmu tentang hidrologi semakin melemah. Masyarakat cenderung sewenang wenang terhadap air dan siklusnya.

Keniscayaan untuk menguatkan pendidikan terkait ilmu hidrologi. Berbarengan dengan itu perlu program reinventing untuk memajukan budaya yang menjaga dan merawat sungai, danau dan perairan laut.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa Pulau Jawa akan mengalami kelangkaan air absolut pada 2040 karena ketersediaannya kurang dari 500 meter kubik per kapita per tahun. Tak hanya Jawa, pulau-pulau kecil juga terancam krisis air bersih karena dampak perubahan iklim. 

Kilometer Nol aliran Sungai Citarum, merupakan jejak Patanjala yang merupakan kearifan lokal Sunda untuk pemuliaan air. ( Foto Dony/Igbal - Mongabay )

Setiap suku bangsa memiliki warisan budaya berbentuk kearifan lokal untuk menjaga mata air dan sungai sebagai ekosistem yang lestari. Kerajaan yang pernah eksis di Nusantara hampir semua memiliki ilmu pengetahuan dan budaya untuk menjaga dan mengelola sungai sebagai sumber kehidupan dan sarana irigasi pertanian. Ironisnya budaya tersebut kini semakin tertimbun oleh zaman.

Kini budaya dan ilmu pengetahuan terkait sungai harus dihidupkan lagi lewat lembaga pendidikan maupun inisiatif masyarakat. Dengan gerakan kebudayaan tersebut kepedulian dan kecintaan masyarakat akan sungai bisa tumbuh dan sekaligus menjadi solusi untuk mengatasi problema pencemaran sungai dan kasus-kasus destruktif lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline