Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Banjir dan Longsor di Sumatera Barat, Kenapa Lemah Mitigasi ?

Diperbarui: 10 Maret 2024   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses evakuasi korban longsor di Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar (Sumber BPBD PADANG PARIAMAN via Kompas.id)

Banjir dan Longsor di Sumatera Barat, Kenapa Lemah Mitigasi ?

Banjir dan longsor yang terjadi di wilayah Sumatera Barat sejak 7 - 10 Maret 2024, telah menelan korban jiwa sebanyak 19 orang meninggal dunia, 2 orang luka-luka, dan 7 orang hilang. Mengutip informasi dari Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BNPB, sebanyak 10.150 KK dengan 35.299 jiwa di Kota Padang terdampak bencana.

Kemudian di Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 16 jiwa meninggal, 7 Jiwa hilang, dan 25.794 KK terdampak banjir. Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 3 orang meninggal dunia, 2 orang luka-luka dan sebanyak 800 KK dengan 958 jiwa terdampak.

Selanjutnya Kota Solok sebanyak 238 KK dengan 813 jiwa terdampak. Kabupaten Limapuluh Kota sebanyak 24 KK dengan 100 jiwa terdampak. Kabupaten Agam sebanyak 36 KK berisi 144 jiwa terdampak. Kabupaten Solok sebanyak 10 KK terdampak, Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 31 KK terdampak, dan Kabupaten Pasaman sebanyak 191 KK terdampak.

Publik bertanya, kenapa mitigasi bencana hidrometeorologi yang menyebabkan banjir dan tanah longsor di Sumatera Barat dalam kondisi lemah. Mestinya tanah longsor bisa dimitigasi. Hal ini pemda bisa bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional yang memiliki sistem mitigasi tanah longsor yang cukup memadai.

Bencana tanah longsor mestinya bisa diantisipasi secara sistemik sebelum datang dan menelan korban jiwa dan harta benda. Untuk mengantisipasi itu dibutuhkan sistem peringatan dini dan personel khusus yang mesti terjun langsung di lapangan serta dilengkapi perangkat pendukung berupa data spasial dan perangkat lainnya.

Untuk usaha mitigasi dan penanganan pasca bencana longsor informasi geospasial sangat penting. Dimasa mendatang peran Badan Informasi Geospasial BRIN semakin penting. Namun sangat disesalkan, selama ini pemerintah daerah kurang memanfaatkan peta dan analisa yang dihasilkan oleh badan diatas untuk usaha mitigasi bencana alam, khususnya longsor.

Peran BIG BRIN sangat penting dalam membantu mitigasi bencana alam dan pasca bencana. Setelah bencana longsor terjadi, peran BIG sangat menentukan. Yang menjadi peran ujung tombak tersebut adalah Satuan Reaksi Cepat (SRC) Kebencanaan BIG.

Sesaat setelah terjadi bencana longsor, SRC-BIG hadir di lokasi kejadian, bekerjasama dan berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan penanggulangan bencana. Seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional (BASARNAS), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Perum Perhutani, dan unsur TNI, POLRI serta berbagai relawan.

Langkah pertama tim SRC-BIG melakukan kegiatan rapid mapping di lokasi bencana tanah longsor. Rapid mapping adalah melakukan orientasi medan lokasi bencana. Setelah dilakukan diskusi terkait lokasi bencana secara umum, tim SRC-BIG kemudian menentukan peta rencana kerja berdasar dari orientasi medan dan data informasi geospasial (IG) yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline