Baru saja Kota Bandung disergap banjir bandang. Sungai Cikapundung yang membelah kota Bandung marah lalu menjebol tanggul yang mengapit kedua sisinya. Kondisi ruas tanggul sungai yang sudah keropos tidak kuasa menahan luapan sungai yang datang dari arah hulu. Akibatnya ruas jalan dan permukiman tergenang air sungai dengan ketinggian yang serius.
Pembangunan Sungai Cikapundung sudah terlupakan. Saya sering memandang Cikapundung dari atas Viaduct atau jembatan KA di depan kantor pusat PT KAI. Tampak aliran Cikapundung yang tenang di waktu kemarau dan meluap hebat di waktu musim hujan.
Tampak bermacam sampah hanyut. Volume sampah di Cikapundung yang sangat besar merupakan pertanda begitu kejamnya warga kota memperlakukan sungai bersejarah yang dahulu cantik dan kaya dengan berbagai jenis ikan.
Di masa lalu ada program pembangunan Teras Cikapundung. Namun entah kenapa terhenti begitu saja tidak menjangkau sepanjang sempadan sungai. Hanya beberapa segmen saja yang dibenahi, sepadan lainnya dibiarkan begitu saja tak tersentuh pembangunan.
Pemerintah daerah kurang perhatian terhadap pembangunan sungai. Pembangunan sungai menyangkut aspek ekologi, pelindung banjir dan juga bisa menjadi sarana wisata. Juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.
Mestinya pembangunan proyek Teras Cikapundung berkelanjutan. Proyek itu sebaiknya tidak sekadar taman dan panggung terbuka di pinggir sungai. Fungsi komersial dan rekreasi sebaiknya disertai dengan fungsi untuk menumbuhkan budaya cinta sungai. Dan bisa mendorong pengembangan ilmu hidrologi khususnya ilmu tentang sungai.
Saya mengusulkan sebaiknya Kongres Sungai Indonesia (KSI) berikutnya diselenggarakan di Teras Cikapundung. Penyelenggaraan KSI sangat relevan dengan permasalahan tentang sungai di Tanah Air. Termasuk sungai yang kini kondisinya sangat kritis.
Indonesia telah dikaruniai sumber daya air yang melimpah tetapi belum terkelola dengan baik. Diperlukan terobosan pemerintah untuk membenahi secara total aliran sungai.
Problema banjir dan kekeringan sebenarnya mengerucut pada satu hal yang mendasar, yakni kondisi di mana aplikasi ilmu hidrologi di negeri ini terpuruk ke titik nadir. Betapa pentingnya upaya untuk memahami lalu menerapkan kaidah hidrologi.