Ketika Transmigrasi Ditelan Sunyi
Publik bertanya masih adakah program transmigrasi? Program yang boleh dibilang antara ada dan tiada itu sepertinya hidup segan mati tak mau. Padahal kondisi geografis dan demografi terkini masih membutuhkan program transmigrasi. Penyebaran penduduk di Kepulauan Nusantara untuk mengelola sumber daya alam masih timpang.
Akibatnya proses nilai tambah segenap bangsa hanya terpusat di Pulau Jawa. Ironisnya generasi muda justru lebih tertarik menjadi buruh migran di luar negeri ketimbang menjadi transmigran.
Ketika program transmigrasi ditelan sunyi, peringatan Hari Bhakti Transmigrasi setiap tanggal 12 Desember masih dilaksanakan.
Sekadar catatan, peringatan Hari Bhakti Transmigrasi tahun 2023 merupakan peringatan ke-73 sejak tahun 1950. Tahun ini mengetengahkan tema "Transmigrasi Satukan Negeri". Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) memusatkan perayaan Hari Bhakti Transmigrasi ke-73 di Lampung.
Masihkah Hari Bhakti Transmigrasi yang diperingati setiap tanggal 12 Desember perlu dimaknai dengan paradigma baru sesuai dengan perkembangan zaman. Agar program transmigrasi berhasil serta mendapat sambutan yang besar dari rakyat perlu membuang paradigma lama yang analog dengan memindahkan kemiskinan dan keterbelakangan dengan cara kuno dan ala kadarnya.
Impian Ibu Pertiwi
Program transmigrasi saat ini perlu insentif yang tidak hanya berupa santunan sosial, tetapi juga perlu infrastruktur terkait pertanian, proses produksi dan konektivitas yang sesuai dengan perkembangan ekonomi digital dan era industri 4.0.
Rakyat beranggapan selama ini belum terwujud impian alamiah transmigrasi. Yang terjadi selama ini hanya impian imitasi karena transmigrasi analog dengan memindahkan penderitaan dan keterbelakangan.