Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Hari Bhakti RRI dan Urgensi Kanal Komunitas Perubahan Iklim

Diperbarui: 11 September 2023   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bekas gedung Hoso Kanri Kyoku yang menjadi gedung Radio Republik Indonesia ( Arsip IPPHOS via KOMPAS.id)

Hari Bhakti RRI dan Urgensi Kanal Komunitas Perubahan Iklim

Hari Bhakti Radio Republik Indonesia (RRI) yang diperingati setiap tanggal 11 September sangat relevan dengan kondisi bangsa yang sedang memperhatikan udara, Semua bangsa sedang menengok ke langit, meneliti tentang tanda-tanda alam yang sangat menentukan keselamatan warga bangsa. 

RRI tetap konsisten dengan semboyannya yakni " Sekali di Udara Tetap di Udara". Ternyata dalam era disrupsi teknologi dan Industri 4.0 saat ini semboyan itu masih relevan karena teknologi digital kini berbasis "cloud" ( komputasi awan ) secara harfiah juga lewat udara.

Sungguh hebat visi Abdulrachman Saleh yang merupakan pahlawan nasional yang dikenal multitalenta. Selain dikenal sebagai prajurit TNI Angkatan Udara, Abdulrachman juga seorang dokter dan memiliki kompetensi yang hebat terkait dengan penyiaran radio. Abdulrachman Saleh punya peranan dalam pendirian RRI dengan ditetapkannya 11 September 1945 sebagai hari lahirnya RRI. Semboyan RRI, 'Sekali di Udara Tetap di Udara' bermakna sama dengan semboyan perjuangan 'Sekali Merdeka Tetap Merdeka' berasal dari pidato Abdulrachman Saleh yang juga merupakan Ketua RRI yang pertama.

Pendiri dan Ketua RRI pertama (dok RRI ) 

Pada saat seluruh warga dunia resah dan gelisah akibat cuaca ekstrim, Lembaga penyiaran publik ini tidak pernah berhenti membantu komunitas perubahan iklim juga proaktif mengatasi masalah efek El Nino. Dampak El Nino yang membuat masyarakat menderita karena kekurangan air, gangguan kesehatan, terhentinya usaha pertanian, rawan daya beli dan terjadinya paceklik di desa kini menjadi prioritas pemberitaan dan produksi konten RRI. Sinergi antara RRI dengan lembaga terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BMKG, Kementerian Pertanian dan Lembaga Swadaya Masyarakat terus digalakkan untuk turut membantu masalah bumi yang sedang dilanda pemanasan global, juga turut membantu usaha mitigasi bencana alam.

Ruang siaran dan transformasi digital RRI ( KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI)

RRI Membangun Kanal Komunitas Masyarakat

Kemarin penulis sempat berdiskusi panjang lebar dengan Rivira Yuana, dia adalah Doktor Business Management Universitas Institut Pertanian Bogor (IPB), yang saat ini juga menjadi CEO & Co Founder SVARA Innovation. Rivira kini giat membantu RRI untuk membangun platform RRI Digital. Didalam platform ini juga terdapat kana-kanal digital yang diperuntukkan berbagai komunitas masyarakat yang ada, Seperti komunitas pemberdayaan perempuan dan anak, komunitas industri kreatif dan pariwisata, komunitas pasar dan UMKM, dan saat ini Rivira bersama LSM sedang membantu RRI merancang kanal komunitas perubahan iklim.

RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar di negeri ini dan masih memiliki jutaan pendengar setia. Para Direksi dan Dewan Pengawas RRI tentunya sangat berkomitmen turut membantu masalah iklim yang saat ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim yang signifikan di seluruh dunia. Suhu rata-rata di Bumi telah meningkat sekitar 1 derajat Celsius sejak abad ke-19, dengan peningkatan yang lebih besar terjadi selama tiga dekade terakhir (Intergovernmental Panel on Climate Change [IPCC], 2013). Peningkatan suhu ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang meningkat akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline