Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Hari Merdeka Buang Sampah Sembarangan, Cermin Buruk Penanganan Sampah

Diperbarui: 20 Agustus 2023   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah berserakan di jalanan Kota Nganjuk setelah perayaan Agustusan ( sumber gambar : tangkapan layar ISN.infoseputarnganjuk )

 Hari Merdeka Buang Sampah Sembarangan, Cermin Buruk Penanganan Sampah

Mentalitas dan budaya terkait dengan penanganan sampah bisa dilihat pada saat acara kerumunan massa. Seperti misalnya kerumunan acara perayaan HUT 78 RI saat acara karnaval, aneka perlombaan, bazar dan hiburan, hampir semua menyebabkan sampah-sampah yang berserakan di sepanjang jalan.

Penulis sangat prihatin melihat kota kelahiran berubah menjadi lautan sampah setiap acara Agustusan berlangsung. Kondisi serupa juga terjadi dalam kerumunan massa acara lainnya. Kabupaten Nganjuk yang selama ini membanggakan dirinya sebagai Kota Adipura karena menjadi langganan penerima penghargaan bergengsi sebagai kota yang bersih, tertib, ramah lingkungan dan aman ternyata kondisinya kurang konsisten.

Perayaan karnaval HUT kemerdekaan kategori pelajar dan umum semuanya menyebabkan jalan-jalan di kota itu berubah menjadi lautan sampah. Para peserta karnaval maupun penonton sepertinya jor-joran membuang sampah sembarangan.

Selama perayaan Agustusan, terlihat di lapangan olah raga, sekolah-sekolah, kantor-kantor dan tempat-tempat publik diwarnai dengan lonjakan volume sampah. Petugas dinas kebersihan bekerja keras namun kewalahan. Mentalitas dan budaya masyarakat dalam penanganan sampah perlu diperbaiki. Sekolah perlu menekankan mentalitas pelajar yang baik dalam hal penanganan sampah.

Bulan Juni 2023 penulis mengunjungi Nganjuk, sempat berkeliling kota sambil bernostalgia menikmati kuliner dan tempat-tempat yang pernah singgah di hati. Terlihat di sekitar Gedung Juang 45 yang dikepung oleh sampah-sampah yang berserakan. Gedung Juang 45 yang mestinya menjadi ikon Kota Nganjuk itu mestinya terjaga kebersihannya dan tidak terlihat kumuh di sekelilingnya. Begitu juga ketika penulis mengunjungi kawasan terminal bus lama yang dekat dengan Stasiun KA Nganjuk, kondisinya amat kotor dan gelap gulita di malam hari. Dan masih beberapa lagi tempat-tempat dengan kondisi serupa, seperti pasar dan tempat wisata.

Penulis merasa sedih, kenapa kondisi kota kelahiran dan tempat penulis dibesarkan oleh ayah dan bunda sekarang seperti itu. Padahal pada waktu dahulu Nganjuk itu sangat bersih, tertib dan asri. Dalam kenangan penulis, menjelang peringatan HUT Kemerdekaan, setiap pagar, tembok dan wuwung genteng rumah di cat putih bersih. Setiap warga hingga desa-desa totalitas menjaga kebersihan dan keindahan. Kenapa budaya seperti itu sekarang mulai pudar ?

Kondisi jalan di Kota Nganjuk setelah acara karnaval ( sumber gambar : tangkapan layar ISN.infoseputarnganjuk)

Berharap agar Kota Nganjuk indah dan berseri kembali. Perlu mewujudkan manajemen penanganan sampah kota yang sesuai dengan perkembangan zaman. Penanganan sampah kota secara garis besar bermuara di TPA, meliputi tiga hal, yaitu lokasi, infrastruktur, dan teknologi. Permasalahan lokasi atau yang lazim disebut TPA sampah selalu saja memicu konflik dengan warga setempat atau sekitar lokasi yang merasa dirugikan akibat polusi yang menurunkan kualitas lingkungan hidup mereka. 

Pada umumnya teknologi pengelolaan sampah yang diterapkan oleh pemerintah daerah hingga saat ini masih memprihatinkan. Selain masih primitif, juga banyak sistem dan instalasi pengolahan sampah yang tidak ramah lingkungan dan berpotensi penyelewengan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline