Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Penyuluhan Pangan Lokal dan Teknologi Pengairan untuk Mengatasi Krisis Pangan di Papua

Diperbarui: 14 Agustus 2023   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual Hipere sejenis ubi jalar di pasar Tolikelek Kabupaten Jayawijaya (Foto KOMPAS/B Patria Gupta)

Penyuluhan Pangan Lokal dan Teknologi Pengairan untuk Mengatasi Krisis Pangan di Papua

Peristiwa krisis pangan dan air bersih yang terjadi di Papua, khususnya di Provinsi Papua Tengah terjadi berulang kali. Mestinya ada usaha mitigasi, salah satunya adalah menerapkan teknologi tepat guna yakni sistem irigasi suplemen untuk mengatasi kekeringan ekstrem.

Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebanyak 7.500 warga terdampak bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Dilaporkan lima orang dewasa dan seorang bayi meninggal dunia.

Kemarau berkepanjangan yang disertai cuaca dingin ekstrem menyebabkan tanaman pangan warga gagal panen. Yakni di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. 

Untuk mengatasi masalah krisis pangan di Papua jangan hanya bersifat eksesif, perlu solusi secara mendasar dengan teknologi tepat guna dan menggalakkan produksi pangan lokal dengan varietas unggul.

Bercocok tanam Hipere (Foto KOMPAS/ B Patria Gupta)

Krisis pangan di pedalaman Papua membutuhkan kepeloporan yang mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat di sana baik terkait dengan teknologi tepat guna pengairan maupun kebutuhan varietas unggul untuk meningkatkan produksi tanaman pangan lokal pada saat musim kemarau. Salah satu tanaman lokal tersebut adalah hipere atau ubi jalar.

Untuk mengetahui lebih dalam terkait masalah laten di pedalaman Papua, penulis menghubungi Santi Diansari Hargianto. Sahabat saya ini pernah malang melintang dan bergaul akrab dengan masyarakat pedalaman Papua. 

Saking akrabnya, Santi biasa dipanggil Mamaknya Anak-anak Tiom Lanny Jaya. Perhatian Santi terhadap kehidupan anak Papua dan usahanya untuk memberdayakan kaum perempuan di sana sangat menginspirasi penulis.

Santi juga sangat prihatin dengan kasus pembakaran pesawat Susi Air dan penyanderaan pilotnya oleh kelompok bersenjata di lapangan terbang perintis di kawasan Kabupaten Lanny Jaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline