Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Mengembangkan BIJB Kertajati Tanpa "Mematikan" Husein Sastranegara, Mungkinkah?

Diperbarui: 13 Juli 2023   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Landas pacu Bandara Husein Sastranegara (dokumen pribadi/Totok Siswantara)

Mengembangkan BIJB Kertajati tanpa "Mematikan" Husein Sastranegara, Mungkinkah

Presiden Joko Widodo ingin agar Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati (BIJB Kertajati) bisa segera beroperasi penuh. Lebih lanjut Presiden meminta setelah ruas Jalan Tol Cisumdawu resmi dioperasikan penuh, maka bandara yang pembangunannya menghabiskan anggaran 25,4 triliun rupiah itu bisa beroperasi dengan baik.

Strategi pembangunan yang baik mestinya tidak mematikan infrastruktur yang sudah ada jika dibangun infrastruktur yang lain.

Mencuatlah pertanyaan publik, mungkinkah mengoperasikan dan mengembangkan BIJB dengan tidak "mematikan" alias menutup Bandara Husein Sastranegara. Mestinya bisa, BIJB bisa berkembang tanpa mengalihkan secara total atau menutup seluruhnya penerbangan komersial/sipil di Bandara Husein Sastranegara yang berlokasi di Kota Bandung. Karena Bandara Husein selama ini fungsi dan letaknya sangat strategis dan terlanjur disukai oleh pengguna jasa penerbangan khususnya para wisatawan.

Jika Bandara Husein "dimatikan", belum tentu BIJB juga menjadi ramai atau langsung berkembang pesat. Faktanya lebih banyak orang yang ingin datang ke Bandung lebih suka mendarat di Bandara Husein. Karena lebih nyaman, aman, murah dan efektif dari segi waktu. Sedangkan BIJB meskipun sudah ditunjang dengan adanya ruas Tol Cisumdawu, tetap saja butuh waktu yang lama bagi penumpang yang ingin menuju Bandung. Keberadaan Tol Cisumdawu bukan faktor utama yang bisa menghidupkan BIJB.

Keputusan pemindahan seluruh rute penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara ke BIJB sudah barang tentu menimbulkan respon negatif dari publik sebagai pengguna transportasi udara. Pengelola BIJB dan pemerintah daerah mestinya memegang prinsip bahwa pada hakikatnya bandara itu model bisnis yang mesti berani bersaing. Semua bandara mestinya memiliki misi untuk menjalankan usahanya serta mencari untung sesuai dengan regulasi yang telah ada.

Infrastruktur Bandara Husein Sastranegara (Sumber gambar: Kompas.com/Putra Prima) 

Bandara Husein Sastranegara sebagai infrastruktur publik yang dibangun dengan dana investasi yang cukup besar mestinya tidak "dimatikan" secara drastis akibat terjadi kesalahan strategi bisnis bandara lain yang baru berdiri. Apalagi Bandara Husein sudah menjadi ikon sekaligus landmark Kota Bandung. Akselerasi visi dan misi bandara warisan Belanda ini sudah jelas dan sudah mapan model bisnisnya. Dengan demikian hendaknya tidak diganggu dengan alih rute dan pembatasan lainnya. Antara Husein dan BIJB mestinya dibiarkan terjadi persaingan usaha yang fair.

BIJB sebaiknya meneguhkan dirinya sebagai model bisnis bandara dengan menerapkan konsep airport city yang memberikan berbagai macam pelayanan yang tidak hanya terbatas untuk penerbangan namun juga memberikan pelayanan non-aeronautika. Sesuai dengan visi awalnya, BIJB sebagai bandara yang akan berkembang menjadi pusat kegiatan bisnis. Konsekuensi menuju airport city adalah memadukan bandara dengan hotel dan penginapan, pengiriman barang (kargo), industrial park, dan fasilitas lain layaknya sebuah kota.

BIJB Kertajati (sumber gambar:  dok Kemenhub via KOMPAS.com)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline