Banting Setir Profesi itu Asyik, Apalagi Ditunjang Program Mas Menteri
Masalah career switch pada era disrupsi sekarang ini merupakan keniscayaan. Apalagi semakin banyak ragam profesi yang terkubur oleh perkembangan teknologi. Langkah banting setir dalam berkarir itu ternyata sangat mengasyikkan.
Saya sendiri beberapa saat setelah lulus kuliah, justru ingin sekali ganti profesi. Namun apa daya, status saya sebagai mahasiswa ikatan dinas tugas belajar. Sehingga baru bebas banting setir setelah masa ikatan dinas saya selesai, sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
Sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan teknik, saya banyak melihat kawan sejawat dan adik angkatan yang justru sukses berganti profesi. Meninggalkan profesinya yang sejati yakni dunia teknik. Salah satu yang tidak luput dari perhatian saya adalah adik angkatan saya, yakni Vino G Bastian, aktor film ternama dan sedang memuncaki jagat industri kreatif nasional. Vino adalah lulusan Teknik Kimia dari perguruan tinggi yang didirikan oleh Presiden Indonesia ke-3 BJ.Habibie, yakni Institut Teknologi Indonesia (ITI). Vino menempuh pendidikan dengan lancar dan lulus dengan baik. Dia lalu banting setir menekuni profesi artis film.
Banting setir profesi saat ini justru difasilitasi dan diakselerasi oleh Program Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim, selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kini Mas Menteri sedang menerapkan filosofi skolastik dan menumbuhkan talenta mahasiswa. Filosofinya itu sangat relevan dengan semangat zaman kini. Paham skolastik/skolatisme yg menjunjung tinggi sistem logika dalam dunia pendidikan sejak era Aristoteles kini menjadi relevan kembali.
Tidak perlu heran jika Prodi Teknik Kimia ITI menghasilkan SDM hebat semacam Vino Bastian. Program Kampus Merdeka Mas Menteri Nadiem telah mereformasi ( sebagian pakar bilang merevolusi ) prodi prodi di PT, sistem rekrutmen masuk PT telah diubah, menekankan aspek skolastik.
Luaran Prodi PT menghasilkan sosok-sosok yang sangat beragam, begitupun seseorang bisa masuk jalur antar prodi dengan mudah. Bidang profesi yang dicetak dari PT semakin terbarukan sesuai dgn zeitgeist alias semangat zaman. Program Mas Menteri diatas membuka lebar dan mempermudah seseorang untuk melakukan banting setir karir atau profesi.
Untuk itu Mas Menteri juga mengubah sistem akreditasi PT yang berbasis Prodi. Diberlakukan sistem Lembaga Akreditasi Mandiri ( LAM) yang memberi keleluasaan bagi konsorsium ilmu dan teknologi untuk berlari mengejar kemajuan.
UU No.12 th 2012 ttg Perguruan Tinggi menegaskan terbentuknya LAM sebagai penjaminan mutu PT dan prodi. Implikasi berlakunya LAM menyebabkan hilangnya peran BAN PT ( Badan Akreditasi Nasional PT) yang selama ini sangat " berkuasa" dalam menentukan Akreditasi Program Studi (prodi) untuk selanjutnya akreditasi prodi akan ditata lebih efektif dengan platform digital yang sesuai dengan era Kampus 4.0 yang menekankan automasi, artificial intelligence, dan big data yang sangat tepat untuk mewujudkan kampus merdeka (MBKM).
Menurut hemat hemat saya Sistem LAM itu justru lebih murah dan efektif dibanding sebelumnya. Karena otomatisasi akreditasi tidak memerlukan biaya besar. Karena yang bekerja adalah mesin, yang memantau data dari berbagai sumber. Mesin atau tepatnya disebut platform akreditasi itu mesti dibangun oleh pemerintah , meskipun membutuhkan dana yang besar.