Lihat ke Halaman Asli

Toto Karyanto

Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Tatanan Hidup Baru, Meninggalkan Tatanan Lama?

Diperbarui: 31 Mei 2020   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: rightstep.com

Wabah Covid 19 yang mendunia dan masih berlangsung sampai sekarang memang mengubah banyak hal. Terutama dalam hal perilaku dan cara bertahan hidup manusia pada umumnya. 

Yang semula nampak begitu tegar bagai batu karang di tengah samudera raya, kini seperti batu kapur yang rapuh saat diguyur hujan. 

Dan banyak lagi perumpamaan lain yang melukiskan betapa lemahnya manusia ketika berhadapan dengan mahluk hidup tak kasat mata bernama virus Corona. Mahluk yang acap kali menimbulkan kontroversi. 

Ketika akan memasuki milenium ke 3, hampir semua orang dibuat kuatir oleh virus komputer: millenium bug. Setelah melewati masa awal, ternyata tidak ada kejadian luar biasa yang dikuatirkan akan menjadi bencana. 

Kekuatiran yang berlebih inilah yang menguras energi sehingga banyak menumbuhkan rasa tidak percaya diri. Lalu bagaimana dengan kejadian saat ini? 

Beberapa aspek kehidupan memang mengalami perubahan. Dari yang bersifat biasa sampai pada hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sedikitpun. 

Ada yang sekadar bergeser seperti kebiasaan menjaga kebersihan atau mengantri dalam barisan yang terjaga. Ada pula yang berbalik arah, dari kebiasaan narsistik dengan segala keangkuhannya tetiba menjadi sosok tak berdaya. 

Muncul perilaku yang sesungguhnya, asli tak berhias apapun yang memoles wajah dan segenap aksesoris pembalut tubuhnya. Rona seperti inilah yang sering nampak di media arus utama. Khususnya di media sosial. 

Bagi sebagian orang yang terbiasa hidup bersama kepedihan, wani perih lan nggetih, cobaan hidup seberat apapun akan dijalani dengan sikap biasa. Adaptif situasional. Berdamai dengan kesulitan, kesengsaraan atau kepedihan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. 

Bukan latah, hanya penyesuaian diri atas situasi aktual dan kontekstual. Itupun kalau sempat atau keadaan memaksa. Formalitas dan toleransi acapkali jadi dasar pertimbangannya.

Mengubah kebiasaan karena sebab eksternal dan datangnya sangat mendadak apalagi dengan alasan darurat kemanusiaan seperti yang terjadi saat ini karena wabah Covid 19 bukan hal mudah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline