Lihat ke Halaman Asli

Toto Karyanto

Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Pahlawan dan Pengakuan

Diperbarui: 11 November 2018   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto WA grup, kiriman teman.

Pahala itu hak mutlak Sang Maha Perkasa, Pencipta alam semesta. Penguasa langit dan bumi. Pengadil yang tiada berbanding. Yang Maha Tahu segala ilmu dan yang membolak-balikkan hati manusia. 

Manusia hanyalah butiran debu yang akan sirna saat angin kencang mengguncang 

Saat aku tak lagi mampu bertahan dalam guncangan ketidak-nyamanan diri

Tentang siapa aku, kamu, kita dan mereka. Karena aku memang bukan kamu, kita atau mereka. 

Siapa kamu, kita dan mereka itu satu sebutan yang acapkali membuat peng-aku-an diri ini terasa sangat berarti. 

Kamu memang bukan aku, tapi bisa menjadi kita jika dikehendaki. Begitu pula dengan mereka yang juga menyebut dirinya. 

Kita dan mereka akan mengakui  dengan jembatan kehendak, niat tulus menyatukan dan menyatakan diri. Dalam suatu lingkungan kemanusiaan yang dapat bernama Rukun Tetangga (RT ), Rukun Warga (RW), kampung atau komunitas, suku-suku yang menyatukan kampung-kampung. Dan suku-suku yang menyatukan serta menyatakan dirinya sebagai bangsa.

Aku di Tengah dan kamu di Timur, kita menyatukan kehendak dan menyatakan diri jadi Suku Jawa.

Aku Jawa, kamu Madura, Bali, Sasak, Dayak, Banjar, Bugis, Mandar, Toraja, Ambon, Asmat, Dani, Aceh, Batak, Padang , Baduy dan Betawi . Atau aku yang Islam dan kamu yang Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu, Tao atau apapun sebutan kepercayaan diri telah menyatukan kehendak dan menyatakan diri menjadi manusia Indonesia.

Sukarno yang Suku Jawa dan Mochammad Hatta yang Padang menyatukan kehendak dari beragam usul, cara dan pandangan dengan menyatakan kemerdekaan atas nama Bangsa Indonesia. Bukan atas nama suku-suku bangsa asal kampung halamannya.

Pahlawan adalah manusia yang mau dan mampu berbuat kebaikan bagi kebanyakan orang. Keajegan, istiqomah atau konsistensi memelihara kehendak atau niat berbuat kebajikan bagi kemaslahatan itulah yang membuat dirinya layak dihormati sebagai pahlawan. Karena pahlawan itu sepanjang waktu. Tetapi yang bangun kesiangan jelas tak tahu malu, meskipun lebih sering minta diakui .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline